JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi kembali melemah, hari ini (1/9). Potensi tersebut terbuka jika data inflasi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan peningkatan, selain sentimen terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal pekan ini.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperingatkan semua pihak tetap waspada dengan awan tebal dan gelap bagi ekonomi Indonesia, seperti sejumlah sentimen negatif di perekonomian global. Karena itu, Ibrahim memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Kamis (1/9), bergerak di kisaran 14.820-14.870 rupiah per dollar AS.
Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (31/8), ditutup stagnan seiring ekspektasi kebijakan moneter ketat yang agresif oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed). Rupiah ditutup stagnan atau sama dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sehari sebelumnya 14.843 rupiah per dollar AS.
"Dollar AS menguat dibalik prospek akan berlanjutnya kebijakan moneter ketat yang agresif dari Federal Reserve," kata Analis Monex Investindo Futures, Faisyal, dalam kajiannya di Jakarta.
Dollar AS menguat di tengah sentimen optimisnya data ekonomi AS serta pernyataan yang cenderung hawkish dari pejabat The Fed.
Semalam data ekonomi AS seperti tingkat keyakinan konsumen dan jumlah lowongan pekerjaan AS hasilnya lebih baik dari estimasi yang terlihat tidak terpengaruh oleh kebijakan pengetatan kebijakan moneter oleh The Fed dan meningkatkan peluang untuk berlanjutnya kebijakan tersebut.