Beberapa virus flu musiman yang banyak memakan korban tiap musim dingin melanda adalah keturunan langsung dari virus 'flu spanyol' yang pernah menjadi pandemi terbesar dunia di tahun 1918.

Berdasarkan studi yang dipublikasi Nature Communications, tim peneliti dari Institut Robert Koch menganalisis 13 cairan paru-paru dari individu yang berbeda yang dikumpulkan di Jerman.

Cairan ini berasal dari orang-orang di tahun 1900 hingga 1931 dan menghasilkan temuan virus Influenza A H1N1 yang berasal dari korban pandemi tahun 1918.

Pandemi 'flu Spanyol' di tahun 1918 masih menjadi yang terparah dalam sejarah dunia karena telah memakan korban hingga 100 juta jiwa dan menyebabkan 2 pandemi flu lanjutan. Keduanya adalah 'flu Rusia' pada 1977 dan 'flu Babi' pada 2009.

Keturunan virus H1N1 ini memang tak semuanya menjadi pemusnah global, ada beberapa jenis virus ini yang menjadi endemik dan menyebabkan penyakit mirip influenza pada setiap musim dingin di seluruh dunia.

Materi genetik virus yang berusia lebih dari 100 tahun ini, sangat sulit untuk dikerjakan para ilmuwan. Meski begitu, mereka cukup beruntung untuk dapat menganalisis virus yang berpotensi menimbulkan kekacauan dan mengintai dunia hingga hari ini.

Tidak ada urutan genetik yang dapat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada virus ini selama tahun 1920-an. Peneliti hanya menemukan fakta bahwa di tahun 1930, virus ini secara efektif bertransisi menjadi virus yang lebih lemah dan hanya datang musiman.

Penemuan ini yang kemudian disangkut pautkan dengan kondisi pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini.

Dilansir dari IFL Science, tim dari Institut Robert Koch mencoba membandingkan keberadaan pandemi flu 1918 lalu dan COVID-19 dengan sangat hati-hati. Sebab, dua pandemi ini berasal dari virus yang jauh berbeda dengan sistem penyebaran yang berbeda pula.

Sebagian besar ilmuwan percaya, bahwa virus COVID-19 hanya akan menjadi virus endemic musiman yang tidak akan lebih parah dari flu biasa.

Sebab, beberapa peneliti melihat, pandemi sebelumnya yang terjadi pada sekitar tahun 1889-1890 yang terkenal dengan nama 'flu Asia' adalah pendahulu virus corona. Penyakit ini kemudian menjelma menjadi gejala pernapasan ringan hingga sekarang.

Maka dari itu, meski pandemi datang silih berganti, peneliti beranggapan bahwa bisa jadi COVID-19 akan menjadi gangguan pernapasan bergejala ringan, seperti pendahulunya, di masa depan nanti.

Baca Juga: