Judul : Jangan Membuat Masalah Kecil Jadi Besar
Penulis : Richard Carlson
Penerbit : Gramedia
Cetakan : Mei 2019
Tebal : 234 halaman
ISBN : 978-602-06-3026-7

Setiap kali menghadapi masalah kecil, banyak orang sering bereaksi berlebihan. Ini tidak hanya membuat frustrasi, tetapi juga kehilangan wawasan lebih besar. Malahan, terperangkap dalam pandangan negatif dan mengabaikan beragam solusi. Dalam kondisi demikian, hidup seolah-olah berada dalam keadaan darurat.

Orang kelihatan sibuk berusaha memecahkan masalah, tapi sebenarnya sering malah memperbesar. Tanpa disadari, dia menghabiskan hidup dari satu drama ke drama lain. Buku mengajari bereaksi terhadap persoalan hidup dengan lebih santai. Masalah yang kelihatannya tidak dapat diatasi, lambat laun akan lebih cepat dikelola.

Bahkan, yang awalnya membuat stres akan mudah dinetralisasi. Agar tidak mudah bersikap reaktif, salah satunya melihat masalah dari banyak perspektif. Ini membuat orang mampu meraih hidup yang lebih kaya dan memuaskan.

Contohnya, bila ada orang yang menyalip saat berkendaraan, bukannya membiarkannya, orang justru kadang meyakinkan diri bahwa dia berhak marah. Dia menayangkan pertengkaran imajiner di kepala. Bahkan, kemudian menceritakan kejadian tersebut kepada orang lain.

Buku ini mengajarkan, cobalah bersimpati pada orang itu dan bayangkanlah betapa menegangkan berada dalam keadaan tergesa-gesa. Dengan cara ini, perasaan lebih nyaman. Orang terhindar dari dampak masalah pribadi orang lain. "Begitu banyak orang menghabiskan energi untuk memusingkan hal-hal kecil. Mereka sama sekali kehilangan sentuhan keajaiban dan keindahan hidup," (hlm 2).

Menjadi perfeksionis juga sebenarnya tidak terlalu bagus. Tuntutan untuk menjadi sempurna dan keinginan mendapat ketenangan batin sangat bertentangan. Perfeksionis sulit merasa puas dan bersyukur. Dia terpaku pada kekurangannya dan terobsesi untuk mendapatkannya. Bukan berarti dia tidak perlu lagi berusaha dengan sebaik-baiknya. Namun, jangan terpaku pada segala kekurangan dalam hidup.

Salah satu alasan utama kebanyakan orang selalu tergesa-gesa dan cemas menjalani hidup karena khawatir tidak mencapai impian. Padahal kecemasan dan ketakutan menghilangkan potensi terbesar, di samping juga akan gagal menikmati hidup. Buku melihat, bila orang memiliki ketenangan batin, tidak akan terlalu diganggu banyak keinginan, kebutuhan, dan impian. Individu akan lebih mudah berkonsentrasi meraih tujuan (hlm 191).

Semua juga harus berhati-hati pada efek bola salju pikiran. Semakin terserap dalam hal kecil yang membuat marah atau kecewa, tambah tidak nyaman. Satu pikiran menambah berat lainnya. Begitu seterusnya sampai seseorang merasa sangat terganggu.

Misalnya, saat terbangun di tengah malam dan tiba-tiba teringat besok harus menelepon. Pikiran jadi terganggu pekerjaan esok hari. Dia lalu mulai membayangkan pembicaraan yang mungkin terjadi, sehingga membuat semakin cemas.

Bila lebih santai menghadapi masalah, rakyat hidup memang tidak otomatis menjadi sempurna. Tapi dengan bersikap demikian, warga belajar menerima kehidupan dengan hambatan yang sedikit mungkin. Ini selaras ajaran filsuf Zen, jika belajar membiarkan masalah berlalu, bukan menahannya dengan sekuat tenaga, maka hidup akan mulai mengalir. Ubah yang bisa diubah. Yang tak bisa diubah, terima saja (hlm 215).

Buku ini memaparkan banyak cara menghadapi masalah kecil dengan lebih santai yang telah dipraktikkan ribuan klien penulis. Buku bisa menjadi pemandu menentukan arah perspektif yang lebih besar tentang kehidupan yang lebih santai. Diresensi Ahmad Hasinul Ansor, Alumnus Universitas Islam Jember

Baca Juga: