JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpeluang berbalik melemah, jelang akhir pekan ini, jika sejumlah data ekonomi di Amerika Serikat (AS) tak sesuai ekspektasi pasar. Fokus pelaku pasar beralih ke data pengangguran, initial jobless claims, dan non-farm payroll dari AS.

Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana menilai pelaku pasar berekspektasi data tersebut turun atau lebih rendah. Namun, jika hasilnya tak sesuai konsensus, maka indeks dollar AS bakal menguat terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah.

Fikri memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Jumat (3/5), bergerak di kisaran 16.020-16.220 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan, Kamis (2/5), ditutup menguat 74 poin atau 0,46 persen dari sehari sebelumnya menjadi 16.185 rupiah per dollar AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menyatakan keputusan Federal Reserve (The Fed) yang membatalkan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut pada 2024 hingga kini memberikan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

"Federal Reserve membatalkan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut yang menurunkan dollar dan memberikan sedikit keringanan pada harga komoditas. Namun, The Fed masih mengisyaratkan pihaknya tidak terburu-buru untuk mulai memangkas suku bunga," kata Ibrahim Assuabi dalam keterangan resmi di Jakarta.

Baca Juga: