JAKARTA - Fokus investor tertuju pada laporan penggajian utama di Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini. Data tersebut akan menjadi petunjuk baru untuk memperkuat kemungkinan bagi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) untuk mulai mengurangi stimulus segera bulan depan. Kondisi tersebut diperkirakan menjadi sentimen positif bagi rupiah.
Data ketenagakerjaan non pertanian atau non-farm payroll AS pada 8 Oktober mendatang diperkirakan menunjukkan peningkatan berkelanjutan di pasar tenaga kerja, dengan perkiraan 488.000 pekerjaan telah ditambahkan pada September.
Seperti diketahui, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (5/10) sore, ditutup menguat 14 poin atau 0,1 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.253 rupiah per dollar AS.
"Pengampunan pajak atau tax amnesty terus menjadi sentimen positif untuk pasar minggu ini," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta.
Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam rapat kerja Komisi XI DPR RI pada Rabu (29/9) sepakat meneruskan Rancangan Undang-Undang (RUU) Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP) untuk pengambilan keputusan pada sidang paripurna DPR.
Dalam RUU HPP tersebut disebutkan program pengungkapan sukarela wajib pajak sebagaimana yang dipahami publik sebagai program "tax amnesty jilid 2" akan akan dimulai pada 1 Januari 2022 mendatang.