JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi menguat pada awal pekan ini. Pelaku pasar menanti petunjuk baru bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang akan menggerlar rapat dewan kebijakan (FOMC) pada 31 Januari-1 Februari mendatang.

Para pembuat kebijakan The Fed tetap khawatir meskipun inflasi mereda. Inflasi dapat kembali berayun kapan saja jika pasar kerja tetap sangat ketat. Kondisi tersebut berimbas terhadap pelemahan dollar AS.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (30/1), menguat terbatas di kisaran 14.825-15.000 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat (29/1) sore, melemah seiring rilis laporan Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) yang mengklaim pengangguran turun. Kurs rupiah ditutup turun 38 poin atau 0,25 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.986 rupiah per dollar AS.

"Penguatan indeks dollar AS karena data ekonomi AS yang mendukung kinerja dollar saat ini muncul dari laporan Departemen Tenaga Kerja AS," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Amru Syifa di Jakarta.

Amru menuturkan laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara bagian turun 6.000 menjadi 186.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 21 Januari 2023, level terendah sejak April 2022.

Baca Juga: