JAKARTA - Nilai tukar berpotensi melanjutkan pelemahannya, hari ini (25/8). Fokus pelaku pasar tertuju pada simposium Jackson Hole yang membuat rupiah sulit menguat.
Pasar menanti pernyataan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed), Jerome Powell, dalam simposium Jackson Hole ke-45 selama tiga mulai Kamis (25/8) waktu setempat, terutama terkait inflasi.
Jika Powell menyatakan inflasi belum mencapai puncaknya, akan berdampak buruk ke pasar finansial. Sebab The Fed kemungkinan masih akan sangat agresif menaikkan suku bunga pada bulan depan.
Sikap agresif tersebut akan membuat dollar AS semakin perkasa di hadapan mata uang lainnya, termasuk rupiah.
Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (24/8) sore, ditutup melemah, dibayangi spekulasi kenaikan suku bunga acuan The Fed.
Rupiah ditutup melemah 10 poin atau 0,07 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.848 rupiah per dollar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.838 rupiah per dollar AS.
"Sentimen naiknya dollar AS nampak didukung spekulasi kenaikan suku bunga secara agresif pada pertemuan bulan September mendatang," kata tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta.
Pelaku pasar masih berspekulasi akan kenaikan sebesar 50 basis poin pada September mendatang, setelah beberapa pejabat The Fed menyuarakan dukungan mereka terhadap kemungkinan kenaikan suku bunga yang agresif kembali untuk pertemuan selanjutnya.
Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran mereka bahwa turunnya inflasi di AS masih bersifat sementara akibat kebijakan kenaikan suku bunga agresif The Fed pada dua bulan terakhir.