JAKARTA - Nilai tukar dollar mencapai tertinggi tiga pekan terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (17/9) waktu New York, Amerika Serikat (AS) atau Sabtu (18/9) pagi WIB, setelah data penjualan ritel AS yang lebih baik dari perkiraan pada Kamis (16/9).

Data tersebut mendukung ekspektasi pengurangan pembelian aset (tapering) oleh Federal Reserve (Fed) sebelum akhir tahun.

Kondisi tersebut berpotensi menekan rupiah pada awal pekan ini, berbalik dari penutupan pada akhir pekan lalu. Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat (17/9), ditutup menguat seiring fokus pelaku pasar yang mulai tertuju pada pertemuan The Fed pada 21-22 September mendatang.

Rupiah ditutup menguat 30 poin atau 0,21 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.223 rupiah per dollar AS.

The Fed mengadakan pertemuan kebijakan moneter dua hari minggu depan dan diperkirakan akan membuka diskusi tentang pengurangan pembelian obligasi bulanan, sambil mengaitkan setiap perubahan aktual dengan pertumbuhan pekerjaan AS pada September dan seterusnya.

"Sementara kami ragu bahwa FOMC akan menetapkan rencana untuk mengurangi pembelian asetnya, proyeksi ekonomi baru dapat menjelaskan fungsi reaksinya mengingat tekanan inflasi siklikal," ujar Ekonom Pasar Capital Economics, Jonathan Petersen.

Baca Juga: