JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan masih berlanjut setidaknya hingga akhir pekan ini. Bahkan, tren tersebut ada kemungkinan berlanjut pekan depan jika defisit neraca perdagangan nasional kian melebar dan belum ada kemajuan dari pertemuan Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) terkait perang dagang.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (14/2) sore, melemah 31 poin dari sehari sebelumnya menjadi 14.090 rupiah per dollar AS. "Kenaikan harga minyak mentah menjadi sentimen negatif terhadap rupiah hari ini," kata analis pasar uang Monex Investindo Futures Faisyal di Jakarta.

Harga minyak naik setelah eksportir utama Arab Saudi mengatakan akan mengurangi ekspor minyak mentah dan memangkas lebih dalam produksinya. Selain kenaikan harga minyak, pelemahan rupiah juga masih dipicu sentimen domestik yaitu melebarnya defisit neraca transaksi berjalan.

Faisyal menambahkan, investor juga masih menunggu rilis data neraca perdagangan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Jumat (14/2) besok serta hasil pertemuan Presiden Tiongkok, Xi Jinping dengan para pejabat AS. "

Jika trade balance-nya bagus, defisitnya turun, impor juga turun, serta adanya titik cerah hubungan AS dan Tiongkok ke depannya setelah Trump menyatakan akan memperpanjang tenggat waktu, itu harusnya bisa menjadi katalis positif bagi rupiah," ujar Faisyal.

Ant/E-10

Baca Juga: