JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi berbalik melemah, hari ini (21/11). Sebagai pertimbangannya, data defiti neraca transaksi berjalan Indonsia pada kuartal III-2023 makin memburuk.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana melihat sentimen neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III-2023 berpotensi melemahkan rupiah karena datanya akan defisit lebih parah dibandingkan kuartal II-2023. Fikri memperkirakan current account deficit (CAD) pada kuartal III-2023 mencapai 5 miliar dollar AS, lebih besar ketimbang catatan pada kuartal II-2023 sebesar 1,9 miliar dollar AS.
Karenanya, Fikri memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Selasa (21/11), bergerak melemah di kisaran 15.500-15.600 per dollar AS .
Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank pada penutupan perdagangan, Senin (20/11), menguat 48 poin atau 0,31 persen dari akhir pekan lalu menjadi 15.445 rupiah per dollar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan rupiah dipengaruhi perkiraan bahwa Federal Reserve (The Fed) tidak lagi menaikkan suku bunga karena data inflasi dan tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang lemah menunjukkan perekonomian AS melambat.
"Namun, volume perdagangan pasar mata uang juga ditetapkan agak terbatas pada minggu ini karena libur Thanksgiving," kata dia dalam keterangan tertulis, Jakarta.
Pada pekan lalu, laju inflasi AS Oktober 2023 melambat, yakni 0 persen dengan perkiraan sebelumnya 0,1 persen secara month to month (MoM), dan year on year (YoY) 3,2 persen dengan ekspektasi 3,3 persen. Data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) meningkat 13 ribu menjadi 231 ribu dari perkiraan 220 ribu.