JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar AS memperkirakan pergerakan rupiah terbatas dengan kecenderungan melemah, hari ini (12/4). Pelemahan lanjutan rupiah tersebut dipengaruhi kenaikan imbal hasil atau yield obligasi bertenor 10 tahun pemerintah Amerika Serikat (AS).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pelaku pasar menanti data inflasi AS. Jika rilis data inflasi AS kembali meningkat, hal itu bisa mendorong kenaikan yield obligasi AS sehingga membatasi penguatan kurs rupiah dalam jangka pendek.

Menurutnya, kenaikan yield US Treasury juga telah mendorong penguatan dollar AS terhadap mata uang utama terindikasi dari indeks dollar yang tercatat menembus level 100. Saat ini diperdagangkan di level 100,21 yang merupakan level tertinggi sejak Juni 2020.

Dia memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Rabu (13/4), berada di kisaran 14.350-14.450 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (11/4) sore, melemah 1 poin dari sehari sebelumnya menjadi 14.366 rupiah per dollar AS.

"Dollar AS menguat seiring tingginya nilai imbal hasil surat berharga pemerintah AS," tulis Tim Riset Monex Investindo dalam kajiannya di Jakarta.

Konfrontasi Russia-Ukraina yang telah menyebabkan kenaikan inflasi global, menopang naik tingkat imbal hasil surat berharga pemerintah AS, dan isu kenaikan suku bunga The Fed terus mendukung kenaikan dollar AS.

Baca Juga: