JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi terkoreksi dalam perdagangan tengah pekan ini. Pelaku pasar cenderung menanti data inflasi Amerika Serika (AS) yang nantinya menjadi petunjuk bagi bank sentral setempat (The Fed) menentukan arah kebijakan moneter ke depan.

Chief Analyst DCFX Futures Lukman Leong memperkirakan penguatan kurs rupiah terhadap dollar AS kemarin akan tertahan dan berpotensi terkoreksi terbatas karena investor bakal wait and see terhadap data inflasi AS. Dari domestik, pergerakan rupiah bakal terpengaruh rilis data penjualan ritel yang diperkirakan akan kembali turun.

Lukman memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Rabu (12/4), bergerak di kisaran 14.800-15.000 rupiah per dollar AS di Rabu (12/4).

Sebelumnya, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (11/4), menguat 16 poin atau 0,11 persen darfi sehari sebelumnya menjadi 14.886 rupiah per dollar AS karena ditopang meningkatnya Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia.

"Dari faktor internal data index PMI yang kuat mengindikasikan prospek ekonomi Indonesia yang masih kuat," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova di Jakarta.

Hasil survei yang dirilis S&P Global menunjukkan capaian PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2023 berada di posisi 51,9, naik dibanding bulan sebelumnya yang menempati level 51,2.

Baca Juga: