Festival Jerami di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan,Jawa Tengah (Jateng) yang digelar pekan lalu berlangsung meriah. Sebab, ada puluhan patung berbagai hewan dan ornamen dari jerami yang dipamerkan.
Kepala Desa Banjarejo, Ahmad Taufik mengatakan, Festival Jerami (FJ) 2018 merupakan kegiatan untuk memeriahkan ulang tahun Desa Banjarejo yang kedua. Tempat pelaksanaan di lapangan desa setempat belakang kantor balai desa.
"Peserta yang mengikuti ada sekitar 40-an. Pembuatan patung itu menghabiskan 10 ton jerami. Mereka membuat patung jerami dengan berbagai bentuk hewan dan ornamen," katanya.
Patung jerami yang dibuat mayoritas didominasi hewan-hewan purba koleksi Museum Purbakala Banjarejo. Peserta kegiatan ini melibatkan juga beberapa desa sekitar. Diantaranya Desa Tunggulrejo, Gabus, Sengonwetan, Banjardowo di Kecamatan Kradenan, Desa Tuko, Kecamatan Pulokulon, dan Desa Banjarejo di Kecamatan Gabus. Bahkan, ada peserta yang datang dari Kota Salatiga.
Taufiq menambahkan, pembukaan acara FJ dibuka Bupati Grobogan Sri Sumarni. Kemudian dilanjutkan dengan hiburan reog, barongan dan angklung Malioboro Carehal.
Plt Kepala Disporabudpar Kabupaten Grobogan Edi Santoso memberikan apresiasi terhadap Desa Banjarejo yang telah membuat FJ. Sehingga bisa menarik wisatawan datang. Selain itu, juga untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar.
"Ini bisa ditiru daerah lain untuk meningkatkan wisata desa. Sekaligus bisa mengenalkan Museum Purbakala di Banjarejo," tandasnya.
Sejumlah patung jerami berukuran jumbo dibuat dan ditempatkan di arena festival. Tiga patung raksasa karya warga desa itu terdiri dari patung jerami kingkong, hiu purba, dan gajah purba.
Dua tahun lalu, Banjarejo ditetapkan menjadi Desa Wisata oleh Bupati Grobogan. Di desa ini telah ditemukan aneka fragmen dan fosil fauna prasejarah yang sangat berharga.
Terkait FJ, Taufik menjelaskan, bahan bakunya sangat mudah diperoleh, dan dekat dengan kehidupan masyarakat setempat. Karena itu semua dusun di Banjarejo ikut serta membuat aneka patung dan seni instalasi berbahan jerami. Semuanya dikerjakan secara mandiri dan swadaya oleh warga masing-masing dusun.
"Ini juga untuk terus menumbuhkan kebersamaan antar warga desa. Mereka bebas mengekspresikan ide, tapi memang kebanyakan membuat replika binatang-binatang purba yang fosilnya ditemukan di desa ini," lanjutnya. pur/R-1
Temuan Fosil Fauna Prasejarah
Festival serupa sebelumnya pernah digelar di Kabupaten Ogan Komering Ulu di Sumatera Selatan dan Kabupaten Banjarnegara, Jateng.
Desa Banjarejo terletak di perbatasan Grobogan-Blora. Secara lokasi tidak jauh dari area semburan lumpur di Desa Kuwu, yang terkenal dengan sebutan Bledug Kuwu.
Dalam kurun lima tahun terakhir, desa ini menimbulkan kejutan demi kejutan bagi kalangan peneliti prasejarah. Terdapat demikian banyak temuan fosil fauna prasejarah, yang mengindikasikan daerah itu jutaan tahun lalu adalah pusat kehidupan masif masa purba.
Dalam kesempatan tersebut, Sri Sumarni mengapresiasi kegiatan yang dilakukan Desa Wisata Banjarejo. Desa wisata yang baru dicanangkan dua tahun lalu ini sudah berkembang pesat. Jumlah pengunjung dan pendapatannya pun mencapai 300 juta rupiah.
"Sungguh luar biasa, semoga ke depannya bisa lebih ramai lagi. Pendapatan bisa lebih dari satu miliar rupiah," ungkapnya.
Ia berharap kegiatan seperti yang dilakukan Desa wisata Banjarejo bisa ditiru desa lainnya di Kabupaten Grobogan. "Jika ada sepuluh desa seperti Banjarejo ini, saya yakin Grobogan akan semakin hebat," ujarnya.
Achmat Taufik yang juga selaku Ketua Panitia menjelaskan, kegiatan yang pertama kali diselenggarakan di Kabupaten Grobogan ini berawal dari banyaknya jerami di sekitarnya yang tidak terpakai. Bahkan warga sampai membakarnya. "Daripada dibakar, seperti ini kan lebih bermanfaat," jelasnya.
Sebanyak 24 binatang purba dan 35 variasi dari jerami ditampilkan dalam acara ini.
"Ke depannya semoga bisa menjadi even yang lebih besar lagi. Syukur bisa nasional, bahkan internasional," ungkapnya.
Sri mengagumi hasil karya replika berbagai hewan purba yang dipajang di lokasi festival. Bahkan saat berkeliling meninjau lokasi festival, ia sempat beberapa kali minta diambil fotonya dengan latar belakang replika hewan dari bahan jerami tersebut. pur/R-1
Karya Seni yang Bisa Dinikmati
Sebagai penyangga pangan nasional, Kabupaten Grobogan memiliki lahan pertanian yang luas. Namun, ketersediaan jerami (batang padi) pasca panen kerap dibakar petani.
Asap pembakaran inilah yang kerap dikeluhkan pengguna jalan. Namun, jerami kini dimanfaatkan dalam FJ 2018.
"Selama ini kita melihat jerami hasil panen dibiarkan menggunung atau dibakar, paling-paling juga untuk makanan ternak. Namun melalui FJ, kita sulap menjadi karya seni yang bisa dinikmati masyarakat," ujar Taufik.
Sebanyak tujuh dusun di Desa Banjarejo ini, menjadi peserta dalam festival jerami tersebut. Beberapa lainnya merupakan peserta dari luar Desa Banjarejo dan satu peserta dari luar Kabupaten Grobogan.
"Setiap dusun minimal mengirimkan 3 patung jerami. Pembuatan patung jerami ini kita lombakan dan terbuka untuk umum. Patung yang dibuat nantinya harus dengan ukuran minimal 3+2 meter. Semoga bisa memacu kreativitas generasi muda," terangnya.
Beberapa komunitas seni di Kabupaten Grobogan dirangkul dalam kegiatan tersebut. Seperti seni tari, batik carnival, reog dan barong, sulap serta keroncong. Hiburan lainnya yakni didatangkan dari Yogyakarta, yaitu grup musik angklung Malioboro Carehal dan Ngaji Budaya.
"Mereka datang untuk menghidupkan suasana malam. Kita juga akan adakan malam seribu uplik," paparnya.
Sementara itu, Kabid Pariwisata Disporabudpar Kabupaten Grobogan, Heri Suhartanto mengatakan, festival jerami ini merupakan langkah terbaik untuk menjadi daya tarik bagi wisatawan. Diharapkan dari kegiatan ini, kunjungan wisatawan ke Kabupaten Grobogan semakin meningkat jumlahnya.
Selain itu, pihaknya juga melihat adanya festival ini juga dapat memberikan ruang kepada para anak muda di Kabupaten Grobogan agar dapat menuangkan ide kreatifnya dalam sebuah karya.
"Bagaimana caranya kita bisa mengundang wisatawan baik lokal maupun dari luar Grobogan. Dan karena terkenal sebagai daerah berbasis pertanian. Dan dengan dilaksanakannya Festival Jerami 2018 ini merupakan langkah yang sangat tepat. Selain memanfaatkan limbah jerami juga menjadi destinasi wisata baru," katanya. pur/R-1