Judul : The Biology of Belief

Penulis : Bruce Lipton

Penerbit : Javanica

Cetakan : April, 2019

Tebal : 450 halaman

ISBN : 978-602-6799-43-2

Banyak orang percaya, nasib seseorang ditentukan gen dan DNA warisan orang tua. Seseorang sekadar melanjutkan nasib orang tua. Namun, riset-riset terbaru menghasilkan temuan yang bertentangan dengan kepercayaan itu. Gen dan DNA tidak mengendalikan nasib seseorang.

Buku The Biology of Belief ini memaparkan temuan-temuan riset terbaru mengenai kerja gen, DNA, dan sistem biologis manusia. Ini termasuk hubungan antara pikiran, spiritualitas, dan tubuh. Buku ditulis Bruce Harold Lipton, seorang dosen dan peneliti biologi sel.

Buku memulai kajian dengan bahasan tentang keajaiban "sel cerdas". Sel bukan hanya sel, melainkan sebuah pribadi mikroskopis. Sel sebuah makhluk berpikir dan berkesadaran. Mereka bekerja untuk menjalankan misi tertentu. Sel-sel mengajarkan banyak tentang pikiran dan tubuh.

Buku ini lalu memaparkan pergeseran paradigmatis dalam kajian biologi. Gen dan DNA yang awalnya dianggap sebagai agen yang bertanggung jawab atas karakteristik fisik manusia dan bersifat turunan, ternyata tidak demikian faktanya. Riset-riset membantahnya. Dalam kajian-kajian epigenetik ditunjukkan, lingkungan dapat mengubah gen seseorang dengan konsep kerja "membran" dan "inti" sel.

Pengetahuan sebelumnya telah salah dalam memahami peran keduanya di mana inti sel dianggap variabel utama perkembangan sel. Padahal dalam kenyataan, peran membran sel lebih besar dibanding inti sel. Temuan baru ini memiliki konsekuensi menakjubkan dalam dunia medis dan keperilakuan.

Di luar gagasan itu, buku juga mengemukakan, seseorang ada sebagai komunitas gotong royong yang terdiri dari sekitar 50 triliun sel tunggal seperti amuba. Ini organisme individual yang mengembangkan gotong royong demi keberlangsungan hidup mereka. Seperti bangsa yang mencerminkan sifat penduduknya, kemanusiaan seseorang mencerminkan sifat dasar komunitas sel tubuhnya (hal 36).

Selanjutnya, berdasarkan asumsi-asumsi terbaru tersebut, buku menyimpulkan, pikiran sadar dan bawah sadar yang linear memiliki pengaruh kuat pada kondisi biologis seseorang. Dalam hal ini, pikiran negatif menghambat pertumbuhan. Sementara itu, pikiran positif mendorongnya. Melalui kesadaran diri, pikiran menggunakan otak untuk memicu pelepasan "molekul-molekul emosi" dan melampaui sistem. Bila kesadaran difungsikan dengan tepat, tubuh yang sakit dapat sembuh. Sebaliknya, bila kesadaran difungsikan tidak tepat, tubuh yang sehat bisa sakit (hal 238).

Pengasuhan orang tua memiliki peran penting dalam pemprograman keyakinan anak-anak baik pengasuhan sebelum seorang anak lahir maupun sesudahnya. Pengasuhan merupakan proses epigenetik yang akan mengubah komposisi gen anak-anak yang berpengaruh penting pada kehidupan mereka, termasuk evolusi peradaban manusia.

Buku menyatakan, perilaku-perilaku mendasar, keyakinan, dan sikap yang diamati pada diri orangtua menjadi "terpatri" sebagai jalur-jalur sinoptik di pikiran bawah sadar seseorang. Setelah terprogram ke pikiran bawah sadar, hasil pengamatan mengontrol biologi seumur hidup atau setidaknya sampai kita berusaha memprogram ulang (hal 313).

Gagasan bahwa pikiran bawah sadar dapat diprogram ulang ini cukup menarik. Lingkungan secara selektif akan menentukan gen-gen yang akan aktif di dalam diri seseorang. Lingkungan dengan stimulus yang kaya dapat mengembangkan dan memperluas pola pikir, sikap, keterampilan, dan peluang seseorang untuk sukses.

Buku meyakinkan, mengubah pikiran dapat mengubah hidup. Seperti komputer atau gawai yang diprogram ulang, akan bekerja dengan cara berbeda. Pikiran dan nasib seseorang juga bekerja dengan cara hampir sama. Buku ini menawarkan penjelasan tentang kerja pikiran dan tubuh seseorang, serta cara memprogram ulang pikiran kita. Diresensi Sartana, Magister Psikologi UGM

Baca Juga: