Memiliki lemak perut tidak hanya menimbulkan masalah penampilan, tetapi juga mempengaruhi kesehatan seseorang dengan meningkatkan risiko diabetes, stroke, dan penyakit jantung. Menurut sebuah studi baru, jumlah lemak perut visceral yang lebih tinggi pada usia pertengahan meningkatkan risiko penyakit Alzheimer.
Lemak visceral adalah lemak tersembunyi yang ditemukan jauh di dalam rongga perut seseorang yang membungkus organ-organ internal, termasuk hati dan usus. Beberapa kadar lemak viseral membantu melindungi organ-organ tersebut, tetapi terlalu banyak lemak viseral merupakan tanda sindrom metabolik yang terkait dengan tekanan darah tinggi, obesitas, kolesterol tinggi, dan resistensi insulin. Lemak visceral disimpan ketika seseorang makan terlalu banyak kalori dan kurang berolahraga.
Para peneliti menemukan hubungan antara lemak tersembunyi ini dan perubahan pada otak yang terkait dengan Alzheimer, yang dapat membantu memprediksi kondisi tersebut bahkan 15 tahun sebelum gejala awal muncul. Temuan ini akan dipresentasikan minggu depan pada pertemuan tahunan Radiological Society of North America (RSNA).
"Meskipun ada penelitian lain yang mengaitkan BMI dengan atrofi otak atau bahkan risiko demensia yang lebih tinggi, belum ada penelitian sebelumnya yang mengaitkan jenis lemak tertentu dengan protein penyakit Alzheimer yang sebenarnya pada orang yang secara kognitif normal. Penelitian serupa belum menyelidiki peran diferensial lemak viseral dan subkutan, terutama dalam hal patologi amiloid Alzheimer, sejak usia paruh baya," kata penulis studi Mahsa Dolatshahi, dari Washington University School of Medicine di St, dikutip dari Medical Daily, Rabu (22/11).
Lebih dari 6 juta orang di Amerika Serikat hidup dengan penyakit Alzheimer, sebuah kondisi progresif yang mempengaruhi ingatan, pikiran, dan kemampuan seseorang untuk melakukan percakapan. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi hampir 13 juta pada tahun 2050, menurut Asosiasi Alzheimer.
Tim peneliti mengevaluasi 54 partisipan yang sehat secara kognitif antara usia 40 hingga 60 tahun, dengan BMI rata-rata 32. Volume otak peserta diukur menggunakan MRI dan keberadaan amiloid dan tau (protein di otak yang terkait dengan Alzheimer) ditentukan dengan menggunakan pemindaian tomografi emisi posisi (PET).
Untuk mengidentifikasi risiko Alzheimer, para peneliti memperkirakan hubungan dengan faktor-faktor seperti indeks massa tubuh (BMI), obesitas, resistensi insulin, dan jaringan adiposa (lemak) perut.
Para peneliti menemukan bahwa rasio lemak visceral terhadap subkutan yang lebih tinggi dikaitkan dengan penyerapan pelacak PET amiloid yang lebih tinggi di korteks precuneus, wilayah yang diketahui terkena dampak awal dari patologi amiloid pada penyakit Alzheimer. Hubungan ini lebih buruk pada pria daripada wanita. Penelitian ini juga menemukan hubungan antara lemak perut yang lebih tinggi dan peningkatan peradangan otak, yang dikaitkan dengan peningkatan risiko Alzheimer.
"Beberapa jalur disarankan untuk memainkan peran. Sekresi inflamasi dari lemak visceral berlawanan dengan efek perlindungan yang berpotensi dari lemak subkutan dapat menyebabkan peradangan di otak, salah satu mekanisme utama yang berkontribusi pada penyakit Alzheimer," ujar Dolatshahi.
"Studi ini menyoroti mekanisme utama dimana lemak tersembunyi dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan otak tersebut terjadi sejak usia 50 tahun, rata-rata hingga 15 tahun sebelum gejala kehilangan memori paling awal dari Alzheimer terjadi," tutur penulis senior Cyrus A. Raji.