Mereka yang membuat dan memperkenalkan istilah-istilah asing itu, namun mereka pula yang mengatakan istilah asing itu salah dan tidak tepat untuk digunakan.

Selama wabah pandemi virus korona Covid-19 melanda negeri ini, banyak istilah-istilah baru yang muncul dan tiba-tiba populer di tengah-tengah masyakarat. Yang memperkenalkan istilah-istilah baru itu adalah pejabat-pejabat negara yang terkait dalam penanganan virus global ini.

New normal, social distancing, work from home, lockdown, orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), dan orang tanpa gejala (OTG) adalah istilah-istilah atau kata-kata yang sering diucapkan pejabat saat mengulas tentang penyebaran dan pencegahan Covid-19. Publik dipaksa untuk mengerti dan memahami istilah-istilah asing dan baru itu beserta konsekuensinya.

Tapi, tiba-tiba istilah asing itu kini dianggap salah dan kurang tepat untuk digunakan. Mereka yang membuat dan memperkenalkan istilah-istilah asing itu, namun mereka pula yang mengatakan istilah asing itu salah dan tidak tepat untuk digunakan. Seperti tidak ada kajian ilmiah.

Kemudian, mereka mengganti istilah atau kata-kata asing itu. New normaldiganti dengan adaptasi kebiasaan baru, social distancing diganti dengan menjaga jarak, work from home diganti dengan tidak masuk kantor atau kerja di rumah.

New normaldiganti dengan adaptasi kebiasaan baru agar masyarakat mengerti yang dimaksud adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal, namun ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan virus Covid-19.

Istilah orang dalam pemantauan (ODP) diganti menjadi kontak erat, pasien dalam pengawasan (PDP) diganti menjadi kasus "suspek", dan orang tanpa gejala (OTG) diganti dengan kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik). Pejabat terkait beralasan bahwa pergantian istilah itu bertujuan mempermudah masayarakat memahami apa yang dimaksudkan pemerintah.

Frasanew normalatau istilah lainnya memang tidak mudah dimengerti sebagian masyarakat awam. New normalsemestinya dimaknai sebagai adaptasi perilaku terhadap situasi yang saat ini terjadi, yaitu pandemi Covid-19. Perilaku yang dimaksud, misalnya menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun. Jadi, seharusnya yang ditonjolkan bukan istilahnya, tapi perilaku kita yang harus disesuaikan dengan situasi yang terjadi saat ini. Perilaku yang bisa membatasi atau menghindari transmisi persebaran lebih lanjut dari orang ke orang supaya tidak terinfeksi atau terpapar virus Covid-19.

Kita juga pernah mendengar pernyataan pemerintah, yaitu berdamai dengan Covid-19. Padahal yang dimaksud adalah beradaptasi atau berdampingan dengan Covid-19. Virus korona tidak akan hilang dari muka bumi dalam waktu yang cepat. Karena itu, istilah berdampingan lebih tepat digunakan daripada berdamai dengan virus korona.

Menggunakan diksi yang tepat sangat penting dalam situasi pandemi Covid-19 ini. Diksi yang salah bisa memengaruhi tingkat kepatuhan masyarakat dalam menjalani protokol kesehatan. Masyarakat tidak mengerti apa yang disampaikan pemerintah. Alhasil, penerapan protokol kesehatan tak maksimal dan selanjutnya berakibat pada angka penularan yang tetap tinggi.

Kekurangan pemerintah bukan hanya dalam menyusun atau memilih diksi selama wabah Covid-19, melainkan juga dalam menjalin komunikasi dengan masyarakat. Pemerintah perlu memperbaiki cara berkomunikasi terkait dengan risiko Covid-19. Pemerintah juga harus memperbaiki cara penyebaran informasi risiko dan berbagai macam pencegahannya. Edukasi perilaku beradaptasi dengan kondisi terbaru tersebut harus terus-menerus disampaikan dengan melibatkan tokoh yang berpengaruh di masyarakat.

Membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam penanganan Covid-19 itu sangat penting seiring dengan terus melonjaknya kasus harian Covid-19 di sejumlah provinsi. Dengan adanya kepercayaan tersebut, masyarakat diharapkan kembali mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19 agar kasus harian tak melonjak. Konsistensi dan pemilihan diksi yang tepat untuk disampaikan kepada masyarakat sangat penting agar pesan yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti untuk dilaksanakan. ν

Baca Juga: