JAKARTA - Salah satu ketakutan kebanyakan wanita adalah biopsi menambah keganasan kanker. Selain itu wanita percaya tindakan yang dilakukan kepada penderita kanker payudara adalah dengan operasi, atau bahkan pengangkatan total.

"Masih banyak kami temui pasien yang belum paham tentang seluk beluk kanker payudara," ujar dokter spesialis bedah onkologi dr. Farida Briani Sobri, SpB(K)Onk, dalam paparan tentang Mitos dan Fakta tentang Biopsi dan Operasi Kanker Payudara Sabtu (2/10).

Ia memaparkan, biopsi tidak membuat sifat keganasan kanker berubah dan menyebabkan kanker menyebar. Biopsi justru sangat penting dilakukan untuk memperoleh diagnosis yang jelas.

"Dengan hasil biopsi yang lengkap, misalnya, dengan biopsi jarum inti (core biopsy), memungkinkan dokter bersama-sama dengan pasien membuat rencana pengobatan yang tepat sebelum terapi dilakukan," kata Farida.

Mitos lainnya yang berkembang adalah tindakan pada pasien kanker payudara berupa operasi sebagian atau pengangkatan keseluruhan. Ia mengatakan tidak benar jika terdapat benjolan harus langsung dioperasi. Justru harus ditegakkan dulu diagnosis patologinya dengan invasi minimal namun berakurasi tinggi, yaitu core biopsy dengan panduan USG.

Metode core biopsy dapat digunakan pada sekitar 90 persen kasus yang dicurigai dalam kategori ganas. Dengan mengetahui diagnosis pasti sebelum memulai terapi, maka hasilnya akan lebih baik. "Tindakan langsung mengoperasi pasien tanpa tahu diagnosis patologi sebelumnya, dapat berakibat pada penanganan yang kurang tepat atau pengulangan operasi," ujar dia.

Pengobatan bagi setiap kanker payudara sangat bervariasi tergantung pada karakteristik kanker dan kebutuhan pasien. Dengan terapi yang tepat pasien bisa mencapai probabilitas harapan hidup hingga 90 persen atau lebih tinggi ketika penyakit ini diidentifikasi lebih awal. "Pengobatan utama kanker payudara yang ditemukan dalam stadium dini adalah pembedahan atau operasi," ujar dia.

Banyak kasus kanker payudara dapat diobati dengan terapi sistemik neoadjuvan sebelum operasi, kemudian operasi dilakukan dengan mengangkat tumor dan beberapa jaringan di sekitarnya, tanpa mengangkat keseluruhan atau mastektomi atau pengangkatan sebagian atau lumpektomi.

"Hal ini bisa menjadi salah satu pilihan pengobatan bagi pasien di stadium dini yang memenuhi kriterianya dari hasil diagnosis," tambah dr. Farida.

Selain operasi, terdapat berbagai metode pengobatan kanker payudara lainnya, yaitu radiasi dan terapi sistemik. Terapi sistemik merupakan obat yang bekerja dan menyebar di dalam tubuh untuk mengobati sel kanker. Terapi sistemik dilakukan untuk meningkatkan hasil pengobatan, baik sebelum operasi atau disebut juga neoadjuvan, dan setelah operasi atau disebut adjuvan.

Dokter spesialis penyakit dalam hemato onkologi medik dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM, dalam presentasinya berjudul Mengungkap Fakta tentang Terapi Kanker Payudara HER2 mengatakan, terapi sistemik pada kanker payudara tidak hanya kemoterapi. Cara lain yang bisa dilakukan adalah terapi hormonal, terapi target, dan imunoterapi yang diberikan sesuai dengan diagnosis masing-masing pasien.

"Misalnya pada kanker payudara jenis HER2 positif yang merupakan jenis yang agresif, selain kemoterapi ada terapi target. Terapi target ini cara kerjanya spesifik menyerang protein HER2 di sel kanker pada jenis kanker payudara HER2 positif ini," ujar dia.

Obat terapi target dapat diberikan secara neoadjuvan (sebelum operasi) dan juga secara adjuvan (setelah operasi). Umumnya obat tersebut dikombinasikan dengan obat kemoterapi agar lebih efektif untuk mematikan sel kanker.

Pada stadium dini, dokter akan memberikan obat untuk meminimalkan kemungkinan kanker kembali lagi. Dengan terapi neoadjuvan dan adjuvan yang efektif, akan memperbesar kemungkinan pasien untuk tetap bebas penyakit.

"Begitu pula di stadium lanjut, bukan berarti menyerah, tetapi tetap dapat diterapi dengan prinsip mengontrol kanker, memperpanjang kesintasan, dan mengoptimalkan kualitas hidup sehingga tetap perlu memilih terapi yang efektif dan jangan ditunda-tunda," jelas Jeffry.

Ketua Harian Cancer Information and Support Center (CISC) Sri Suharti mengatakan, sebagai penyintas kanker payudara, saya sangat memahami kesulitan yang dirasakan para pasien kanker payudara untuk memahami penyakit dan pilihan-pilihan pengobatan yang ada. "Terkadang kita terjebak pada mitos dan kekhawatiran yang membuat kita kesulitan untuk mengambil kendali terhadap penyakit kita," ujar dia.

Baca Juga: