Suasana hangat, suka cita, dan penuh tawa mewarnai ruang Studio Hanafi, Depok, Jawa Barat, saat menggelar pameran bertajuk Empati, Simpati, dan Respek, Sabtu (13/7) malam. Gelaran ini memamerkan karya-karya seni rupa 15 siswa dari berbagai daerah, sekaligus menjadi rangkaian puncak hasil proses belajar mereka selama 12 hari bersama seniman seni rupa, Hanafi.
Para siswa tampak lancar ketika menjelaskan karya masing-masing kepada pengunjung. "Banyak hal yang kami pelajari di sini (Studio Hanafi). Bukan hanya berkesenian dan belajar saja, di sini kami juga menerima pemahaman baru tentang belajar yang tidak membosankan," ujar salah seorang siswa, Zahrul Fikri Muhammad.
Selama 12 hari belajar bersama Hanafi, mereka mendapatkan ilmu baru tentang berkesenian. Melalui seni, mereka juga belajar tentang cara hidup seperti berkolaborasi dan peduli terhadap hal-hal kecil yang sering mereka lewatkan.
Hal tersebut tecermin dari karya-karya mereka. Selain karya masing-masing siswa, terdapat pula lukisan yang merupakan karya kolaboratif dari peserta. Dalam proses pengerjaannya, para peserta melakukan tukar gagasan sampai akhirnya menciptakan gagasan baru yang menjadi pijakan mereka melukis.
Dari video yang diputar saat pameran, tampak mereka begitu "khusyuk" mengerjakan karya kolaboratif ini secara bersama-sama.
Selain lukisan kolaboratif terdapat pula seni instalasi dari benda-benda yang tidak pernah para siswa pikirkan sebelumnya, seperti kardus, koran, sampai gantungan pakaian. Berdasarkan benda-benda tersebut mereka harus membuat sebuah karya seni dan akhirnya mereka berhasil membuat karya instalasi yang begitu menarik baik secara bentuk dan teknik maupun pesan di dalamnya.
Proses belajar 15 siswa ini sendiri merupakan program Belajar Bersama Maestro (BBM) yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Kepala Subdirektorat Program Evaluasi dan Dokumentasi, Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kemendikbud, Fuad Prihatin, menjelaskan tujuan BBM salah satunya untuk menanamkan sikap berkesenian kepada para siswa. Selain itu, program ini juga untuk mencetak dan menyemai calon seniman di masa depan.
Ia menjelaskan dalam proses ini seniman diberi keleluasaan untuk mengajar para siswa. Kemendikbud hanya memberikan arahan berupa petunjuk teknis saja bagi para seniman. Sedangkan, untuk metode pembelajaran diserahkan kepada seniman.
Sementara itu, Hanafi mengaku sengaja menekankan nilai-nilai positif dalam proses mengajarkan berkesenian kepada para siswa tersebut. Ia memandang para siswa tersebut mesti memiliki pola pikir seni terlepas profesi apa yang mereka geluti ketika dewasa nanti.
"Kalau urusan teknik dua sampai tiga hari mereka bisa menguasai. Tapi sudut pandang dan cara berpikir memandang sesuatu perlu juga mereka miliki. Terlepas jadi apa mereka, mereka perlu memiliki memiliki kehalusan, keindahan, dan kepekaan yang jadi pengalaman dasar mereka dan seni bisa memberikan itu kepada mereka," jelasnya.
ruf/E-3