Foto: Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Su
Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka), Yogyakarta, Prof. Dr. Euis Nurlaelawati (kiri) dan Pakar pendidikan nilai (values education) dari UIN Suka, Dr. Muqowim selaku pembahas buku (tengah) dan Penulis Ahmad Gaus (kanan) dalam acara bedah buku karyanya yang berjudul Era Ketika Agama Menjadi Warisan Kultural Milik Bersama: Sembilan Pemikiran Denny JA soal Agama di Era Google, penerbit Cerah Budaya Indonesia, 2023, Jogyakarta, Sabtu (1/4).Dalam pembahasannya dengan menguraikan pandangan-pandangan Denny JA sebagai seorang ilmuwan yang bergelut dengan riset-riset kuantitatif. Selama ini, ujarnya, kita lebih banyak mendengar isu-isu keagamaan dinarasikan oleh para ulama, mubaligh, dan sarjana-sarjana Islam. Jarang sekali kita mempertimbangkan pandangan ilmuwan non-agama. Padahal pandangan mereka tidak kurang pentingnya karena menawarkan perspektif yang berbeda. “Pandangan para agamawan itu cenderung apologetik dan subjektif karena tujuannya dakwah. Sedangkan pandangan ilmuwan sosial seperti Denny JA itu objektif dan empirik karena didasarkan pada hasil riset kuantitatif Dalam buku setebal 164 halaman itu, Gaus menguraikan pandangan Denny JA seputar pergeseran pemahaman agama di era Google. Ia merujuk data. Di negara yang indeks kebahagiaannya tinggi (World Happiness Index), umumnya level beragama masyarakatnya rendah. Negara yang paling mampu membuat warganya bahagia, sebagaimana diukur oleh World Happines Index, populasi di negara itu cenderung menganggap agama tak lagi penting dalam kehidupan mereka (diukur dari religiosity index).