Judul : Lo Ngerti Siapa Gue

Penulis : Sophia Mega

Penerbit : Metagraf

Cetakan : Pertama, Januari 2018

Tebal : XII + 164 Hlm ; 20 cm

ISBN : 978-623-7013-74-7

Menghabiskan waktu senggang dengan media sosial (medsos) daring sudah jamak dilakukan masyarakat. Bahkan sampai muncul cita-cita baru anak muda ingin menjadi artis medsos. Selain itu, banyak juga masyarakat yang memanfaatkan medsos untuk mencari benefit. Meskipun beberapa orang ada juga yang terjebak pada aktivitas phubbing hingga kecanduan, dan ini mestinya dihindari.

Instagram bisa menjadi salah satu pilihan mencari benefit kalau dikelola secara maksimal. Benefit bersifat tangible dan intangible. Karena benefit pada Instagram bukan melulu paid promote dan endorse yang sifatnya tangible (Hal 22).

Siapa pun berkesempatan mendapat benefit tanpa harus menjadi selebgram terlebih dulu. Ini baik memiliki follower banyak maupun sedikit karena ber-Instagram tidak melulu soal angka.

Pertama-tama yang harus dilakukan dikenal akun-akun followers. Followers akan menilai pemilik akun dengan melihat foto profil, biodata, konten, dan cerita. Unggahlah konten-konten apik yang menarik. Misalnya, bila pemilik akun seorang pelukis, unggahlah gambar-gambar lukisan yang indah.

Semakin indah gambar yang diunggah akan meningkatkan nilai tawar pemilik akun Instagram dan mengenalkan pada followers sebagai pelukis. Misalnya, jika terdapat follower yang ingin dibuatkan lukisan. Pemilik akun memiliki nilai tawar yang lebih tinggi. Yang penting jangan berbohong.

Bisa dibayangkan jika ada yang memesan lukisan namun pengguna akun tidak dapat mengambil tawaran tersebut karena ternyata bukan pelukis. Benefit yang ada hanya di angan-angan karena tidak jujur. Alhasil menggunakan Instagram hanya membuang-buang waktu.

Tahap berikutnya, membangun personal branding yang kuat dengan tiga dimensi: kompetensi, standar, dan gaya. Kompetensi akan memicu kekhasan sebagai pembeda. Standar adalah ukuran dalam pengerjaan konten entah memilih perfect atau produktif. Sedangkan gaya adalah cara pemilik akun bersosialisasi dengan akun-akun lain. Itu semua harus konsisten dan relevan dalam pengerjaannya (Hal 62).

Buku akan membimbing pembaca membangun personal branding sesuai dengan karakter diri sendiri. Ada sajian trik dan contoh akun dengan personal branding kuat disertai analisis. Pembaca akan lebih mudah paham. Beberapa halaman juga disertai kolom analisis kosong untuk pembaca isi.

Namun buku dalam menyajikan rangkaian informasi terlihat subjektif. Sebab penulis memberikan informasi berdasar pengalaman. Penulis berkata, buku merupakan capaian untuk berbagi. Suatu waktu, bisa saja merombak atau membuat informasi baru karena semua ini proses yang masih berlanjut hingga sekarang. Secara fisik, buku berhasil menghadirkan ilustrasi menarik pada sampul dan isi. Kejenuhan saat membaca akan mudah dihindari. Ditambah, narasi disajikan dengan banyak subpoin sehingga akan mudah dicari setelah dibaca.

Pengalaman yang sudah lama di bidang kepenulisan juga membuat buku terasa enak dibaca. Membangun personal branding bisa dilakukan setiap orang, tanpa perlu menjadi selebgram dengan banyak followers. Siapa pun bisa melakukan karena esensi personal branding bukanlah angkaangka, melainkan dikenal orang dan mendapat benefit. Diresensi Khoirul Muttaqin, Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Malang

Baca Juga: