Ibu dituntut memiliki kesabaran mengajak dan mengajarkan keterampilan pada anak.

Ibu dan anak merupakan hubungan yang tidak terpisahkan. Keterikatan batin dan lahirnya sangat erat. Sangat indah dirasakan oleh para ibu jika setiap saat bisa selalu bersama sang anak. Hanya saja, kadang kala, para ibu kerap bingung tatkala waktu liburan anak tiba. Waktu libur anak terkadang tidak dimanfaatkan dengan baik untuk berkegiatan bersama dengan si anak.

Bahkan si anak sibuk dengan perangkat gadget. Mencermati hal ini, sebuah kelompok masyarakat yang terdiri-dari ibu-ibu yang menamakan Bussy Mommy Community (BMC) punya agenda mulia. Komunitas ini menjembatani kegiatan yang bisa dilakukan ibu berbarengan dengan anak. BMC membangun harmonisasi hubungan antara ibu dan anak dengan keterampilan.

Bagaimana caranya? BMC memilih fokus pada keterampilan tangan. Kegiatan keterampilan tangan dipilih karena telah menjadi ranah kegiatan perempuan yang telah berkembang dari masa ke masa. Kegiatan yang tidak hanya notabene milik kaum ibu tersebut dapat dilakukan anak-anaknya.

Disamping itu, kegiatan keterampilan tangan dapat mengasah kemampuan motorik pada anak-anak. Kegiatan tersebutlah yang dilakukan bersama antara ibu dan anak. Kegiatan turun temurun yang dapat menjadi bonding (ikatan) diantaranya keduanya. Hubungan ibu dan anak pun menjadi tidak berjarak.

"Anak lebih percaya diri dan melatih anak untuk berani bertanya," ujar Tya Maharani, 38, Humas BMC pada Rabu (8/8). Selain itu, kegiatan bersama sebagai cara untuk mengurangi ketergantungan anak terhadap gadget. Adanya kegiatan dan komunikasi yang dilakukan antara orang dan anak dapat menjauhkan anak dari gadget.

Keuntungan lainnya anak menjadi mudah bergaul dengan teman sebaya maupun orang yang lebih tua. Memang, untuk melakukan kegiatan bersama antara ibu dan anak bukan parkara sederhana. Ibu dituntut untuk memiliki kesabaran mengajak dan mengajarkan keterampilan pada anak.

Selain itu, mereka juga perlu meluangkan waktu supaya dapat melakukan kegiatan bersama-sama. Tya mengakui sulitnya membagi waktu antara pekerjaan dan anak. Kadang, rasa malas muncul ketika akan melakukan kegiatan. "Bila malas mendera, ingat tujuan kita," ujar dia tentang upaya untuk terus memacu semangat berkarya. Mata anak-anak yang berbinar dapat memacu ibu-ibu untuk kembali berkarya.

"Mereka bilang terima kasih, bu. Itu sudah cukup sebagai penyemangat," ujar dia yang memiliki kesibukan berdagang tersebut. Decoupage, gantungan kunci, hiasan dinding, bunga dari kain perca, tempelan kulkas dan membuat gamis merupakan beberapa keterampilan yang biasa dilakukan komunitas ini.

Di sisi lain dalam mengasah kreatifitas, mereka tidak selalu menggunakan bahan-bahan yang dibeli dari toko. Sebagian bahan baku menggunakan bahan bekas sebagai galeng bekas Dari kegiatan tersebut, anak dan ibu akan samasama tenggelam dalam kesibukan bersama. Mereka akan membentuk karya dari satu tahap ke tahap berikutnya. Setiap tahapannya selalu memiliki tantangan bahkan kadang-kadang terjadi perbedaan pendapat diantara keduanya.

Namun disinilah, seni dalam sebuah kerja sama. BMC merupakan komunitas ibu-ibu yang berasal dari berbagai latar belakang bahkan baberapa diantaranya merupakan wanita bekerja. Mereka merupakan ibu rumah tangga, arsitek, psikolog, penulis, pemilik catering maupun wiraswasta lainnya.

Beragamnya latar belakang bukan berarti mengkotakkotakkan satu dengan lainnya justru saling mengisi. "Kami berawal dari teman dekat," ujar dia tentang anggota yang berjumlah 14 orang tersebut. Komunitas berdiri pada 2016. Saat itu, mereka bermaksud untuk mencari kegiatan yang dapat dilakukan ibu dan anak.

"Tadinya untuk mengisi kegiatan liburan anak," ujar dia tentang awal kegiatan. Tanpa disangka kegiatan tersebut berlanjut sekaligus makin merekatkan hubungan ibu dan anak. din/E-6

Saling Menyemangati, Saling Berbagi Manfaat

Wanita dan keterampilan saling berkaitan dari masa ke masa. Namun, keterampilan yang dimaksud tidak sebatas keterampilan tangan, melainkan keterampilan dalam mengelola rumah tangga. Meliza Surya, 44 Ketua BMC mengatakan keterampilan tangan yang umum yang dikuasi wanita tidak berhenti pada hasil karya berbentuk kerajinan. Keterampilan tersebut dapat melahirkan keterampilan-ketrampilan baru, khususnya dalam mengelola rumah tangga.

"Disamping keterampilan tangan juga harus tahu terampil membagi waktu, terampil mengorganisasi, terampil sebagai ibu rumah tangga dan kegiatan domestik lainnya," ujar dia.

Karena pada dasarnya, Ibu rumah tangga adalah manajer keluarga. Sehingga secara tidak langsung, dia dituntut untuk terampil dalam mengelola rumah tangga yang tak ubahnya mengatur perusahaan maupun kantor.

Rumah tangga kerap dianggap sebagai "institusi" yang dapat berjalan secara alamiah. Pengelolaannya dapat berjalan tanpa perencanaan bahkan pengaturan.

Padahal, rumah tangga yang dikelola secara terampil dapat berimbas pada peningkatan nilai seorang ibu rumah tangga, Melalui komunitas, mereka saling tukar pikiran tentang keterampilan mengelola rumah tangga sembari meningkatkan pengetahuan keterampilan tangan. Tukar pikiran yang dimaksud bukan berarti masuk dalam urusan rumah tangga orang lain melainkan bertujuan untuk saling memberdayakan diri dalam mengelola rumah tangga.

"Visi kami ingin meningkatkan nilai sebagai ibu rumah tangga yang bermanfaat sekaligus share ilmu kepada ibu-ibu yang lainnya," ujar ibu rumah tangga yang juga berprofesi desain interior dan pemilik Patink Kleunik, sebuah hand craft. Dengan saling berbagi manfaat, masing-masing anggota dapat memberikan kontribusi positif pada anggota lainnya. Alhasil, kumpulan ibu-ibu tidak sekedar menghabiskan waktu dengan makan di restoran.

Mereka memanfaatkan waktu untuk saling berbagi dan menyemangati satu dengan lainnya. din/E-6

Dunia Komersil yang Masih Sulit Ditembus

Berawal dari hobi, keterampilan dapat berkembang menjadi wirausaha. Kesempatan tersebut yang digunakan BMC. Yakni selain mengembangkan kreatif sekaligus menjajal peruntungan di dunia usaha.

Dunia usaha menjadi tahapan berikutnya setelah berhasil membuat karya. Menawarkan hasil karya pada pihak lain dapat memberikan tantangan, baik untuk mendapatkan nilai jual maupun makin memompa kreatifitas. Berbagai tempat menjadi ajang untuk menawarkan hasil karya secara komersial. "Kita punya fan pages, ikut bazaar juga," ujar Tya. Dalam perjalanannya, proses niaga ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Minimnya barang yang dimiliki tidak sesuai dengan kebutuhan peniagaan.

"Tapi karena barang sedikit, jadi kurang berkembang," ujar dia. Alhasil, permintaan lebih banyak dilakukan melalui order. Tya mengatakan meskipun keterampilan merupakan pekerjaan yang biasa dilakukan perempuan, Namun ada tantangan saat membawa karya ke ranah komersil.

"Tantangannya terus produktif dan inovatif, ini yang susah,"ujar dia. Sementara, para anggota yang mengerjakan karya berawal dari hobi memiliki kesibukan masing- masing selain membuat karya. Dunia komersil yang masih sulit ditembus tak menyurutkan semangat untuk mengasah kreatifitas.

Tya yang biasa membuat tas, gantungan kunci tempat pensil maupun hiasan kulkas, tertantang membuat keterampilan dari makram, yaitu, hiasan yang terbuat dari tali.

Ternyata, komunitas sehobi mampu menumbuhkan semangat kreatifitas dan dorongan untuk terus berkarya. "Pengetahuan bertambah dan pergaulan semakin luas," ujar dia. Hal yang sama dirasakan Meliza. Baginya, komunitas menjadi wadah berkumpul bersama teman-teman yang memiliki minat yang sama. "Awalnya untuk berkumpul dengan teman-teman karena kesamaan minat, ternyata memiliki kesamaan visi," ujarnya.

Dia beranggapan komunitas tak sebatas mengatas keterampilan dalam membuat karya melainkan keterampilan sebagai ibu dalam mengelola rumah tangga. din/E-6

Baca Juga: