JAKARTA - Kebaya salah satu pakaian yang sering dikenakan wanita pada acara resmi seperti acara pemerintah, resepsi pernikahan, dan pesta lainnya. Busana ini telah menjadi identitas nasional sejak Presiden Soekarno menyatakan sebagai pakaian adat nasional.

Lokakarya Jakarta 1978 menetapkan kebaya sebagai sebagai Busana Nasional yang mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1972 tentangDjenis-Djenis Pakaian Sipil. Keberadaankebaya dikuatkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan.

Menurut Ketua Panitia Kongres Berkebaya Nasional (KBN) 2021, Lana T Koentjoro, dalam kongres diadakan 5 diskusi daring yang membahas kebaya dari aspek politik, sosial, budaya dan psikologi

"Tujuan KBN 2021 sebagai masukan kepada pemerintah dalam pelaksanaan Hari Berkebaya Nasional. Sebagai solusi mengenalkan kebaya sebagai pakaian sehari-hari. Tujuan kedua kebaya diharapkan mendapat pengakuan Unesco sebagai salah satu khasanah Indonesia seperti batik dan keris," ujar dia dalam webinar acara tersebut Senin (5/4).

Hari Berkebaya Nasional sebagai satu solusi untuk mempopulerkan dan mewajibkan perempuan Indonesia mengenakan kebaya setidaknya di hari nasional berkebaya. KBN 2021 juga melakukan upaya pelestarian dan pemasyarakatan kebaya kepada generasi milenial. Salah satu langkahnya diadakan diskusi daring berjudul Strategi Komunikasi Memperkenalkan Kebaya ke dunia dan milenial.

Anggota Wantimpres, PutriKuswisnuWardani memaparkan, kebaya menurut Denys Lombard, berasal dari bahasa Arab kaba yang berarti pakaian.Katatersebut kemudian diperkenalkan melalui bahasa Portugis dengan nama "cabaya" yang berarti jaket.

"Sebelum dikenal kebaya, perempuan mengenakan kemben. Kebaya dibuat untuk melindungi badan agar mempertahankan dari angin tidak masuk angin,"ujar dia.

Kebaya kemudian berkembang seperti sekarang. Ada kebaya kutu baru, Kartini, dan encim yang banyak digunakan oleh perempuan peranakan Tionghoa. Pada zaman penjajahan perempuan Belanda memakai kebaya yang disebut dengan kebaya noni.

Putri mengatakan, dulu kebaya menjadi pakaian sehari-hari, misalnya model lilit panjang, atau lilit setengah betis untuk pergi ke pasar dan ke sawah. Namun sekarang kebaya hanya dipakai pada acara khusus.

"Padahal memakai kebaya tidak harus ribet. Jaman dulu ada kebaya santai yang dipakai sehari-hari. Sekarang banyak perancang busana yang dapat menyesuaikan dengan selera dan kebutuhan masa kini. Pada dasarnya budaya kita perlu dilestarikan agar tidak punah," ujar dia.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, pihaknya telah memasyarakatkan kebaya sebagai pakaian pegawai wanita setiap hari kamis, bersama dengan penggunaan Bahasa Jawa. "Memakai kebaya mampu menunjukkan tampilan yang indah menurut saya," ujar dia.

Sekjen Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (LPER) FranciscaSestri, produksi kebaya bisa memberikan kontribusi terhadap perekonomian, apalagi pakaian ini perlu didukung dengan aksesoris lain seperti selop, bros, gelang, dan sejenisnya.

"Kontribusi kebaya sebagai pemberdayaan ekonomi nasional perlu kolaborasi dari semua pihak dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, bersama dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lain seperti perbankan," ujar dia.

Desainer kebaya Lenny Agustin menambahkan, persesi kebaya sebagai baju adat yang mengesankan kekunoan (old fashion) perlu diubah, terutama jika ingin mengenalkannya kepada generasi milenial. "Jangan mempersepsikan kebaya sebagai pakaian tradisional. Jangan bicara tentang pakem kebaya dulu," ujar dia.

Desainer yang sering menghasilkan produk bernama "funky kebaya" ini mengatakan sejak 2007 ia melakukan fashion show dengan menampilkan kebaya untuk anak muda. Ia melakukan kebaya modern. Caranya memadukan kebaya dengan bermacam padu padan untuk menciptakan bermacam tampilan baik yang feminin maupun sporti.

Baca Juga: