Pemerintah Tiongkok pada Rabu (16/2) mengatakan akan mengambil tindakan tegas terhadap Amerika Serikat (AS) terkait dengan jatuhnya armada balon Tiongkok di lepas Pantai Timur Amerika, yang disebut AS merupakan instrumen mata-mata.

AS sendiri mengatakan armada balon yang ditembak jatuh ternyata diperlengkapi peralatan berteknologi tinggi yang dirancang untuk mengumpulkan sinyal intelijen sebagai bagian dari program mata-mata udara.

Melansir The Associated Press, Pemerintahan Joe Biden pada Kamis (9/2), melaporkan armada balon yang dioperasikan oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Tiongkok digunakan khusus untuk memata-matai mengumpulkan informasi sensitif dari target di lebih dari 40 negara di lima benua.

Meski begitu, Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price mengatakan tidak akan mengidentifikasi negara-negara lain yang menurut AS juga menjadi sasaran Tiongkok.

Sementara itu, pemerintah Tiongkok mengaku bahwa balon itu adalah pesawat cuaca tak berawak, yang secara tidak sengaja terlempar keluar jalur. Menurutnya, AS telah bereaksi berlebihan usai menembak jatuh armada balon dengan rudal yang ditembakkan dari jet tempur F-22.

Sejak jatuhnya balon pada 4 Februari, AS telah memberikan sanksi kepada enam entitas Tiongkok, yang mereka sebut terkait dengan program kedirgantaraan Beijing.

DPR AS kemudian memilih dengan suara bulat untuk mengutuk Tiongkok atas apa yang mereka sebut sebagai "pelanggaran terang-terangan" atas kedaulatan AS dan upaya untuk "menipu masyarakat internasional melalui klaim palsu tentang kampanye pengumpulan intelijennya."

Menteri Luar Negeri Antony Blinken juga membatalkan kunjungan ke Beijing yang diharapkan banyak orang, yang sebelumnya diharapkan dapat menstabilkan hubungan yang telah retak di tengah perselisihan perdagangan, hak asasi manusia, klaim Taiwan dan Tiongkok atas Laut Tiongkok Selatan.

Sementara Tiongkok menyangkal balon itu adalah aset militer, belum dikatakan apa yang menjadi tanggung jawab departemen atau perusahaan pemerintah.

Setelah awalnya menyatakan penyesalan atas masuknya balon ke wilayah udara AS, Tiongkok telah membalas tuduhan mata-mata terhadap Washington, di samping ancaman pembalasan.

"Tiongkok dengan tegas menentang ini dan akan mengambil tindakan balasan sesuai dengan undang-undang terhadap entitas AS yang relevan yang merusak kedaulatan dan keamanan Tiongkok," kata Wang pada pengarahan hari Rabu (15/2).

Wang mengaskan Tiongkok akan "dengan tegas menjaga kedaulatan nasional dan hak serta kepentingannya yang sah".

Pada hari yang sama, Duta Besar AS untuk Jepang Rahm Emanuel mengatakan armada balon Tiongkok adalah bagian dari pola perilaku agresif Beijing.

Pada hari Selasa (14/2), Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan setidaknya tiga objek terbang yang terlihat di wilayah udara Jepang sejak 2019 sangat diyakini sebagai balon mata-mata Tiongkok. Dikatakan telah memprotes dan meminta penjelasan dari Beijing.

Anggota parlemen senior di partai pemerintahan Jepang pada hari Rabu mengatakan mereka sedang mempertimbangkan untuk memperluas undang-undang Pasukan Bela Diri untuk juga memasukkan pelanggaran wilayah udara Jepang oleh balon asing.

Penyelidikan

Pejabat senior FBI mengatakan hanya beberapa potong balon yang telah tiba di laboratorium FBI Quantico, Virginia, AS untuk penyelidikan.

Sejauh ini, penyelidik memiliki bagian dari kanopi balon, kabel, dan apa yang oleh seorang pejabat disebut "sejumlah kecil barang elektronik".

Pejabat itu mengatakan sangat dini untuk menilai apa maksud armada balon itu dan bagaimana perangkat itu beroperasi.

Menurut dua pejabat AS, upaya pemulihan balon dihentikan sementara pada Kamis (9/2). Mereka mengatakan beberapa puing balon utuh di dasar laut dan penyelam telah menemukan peralatan yang berpotensi bernilai tinggi selama satu setengah hari terakhir.

Pejabat Departemen Luar Negeri AS, mengatakan analisis puing-puing armada balon tidak sesuai dengan penjelasan Tiongkok yang mengatakan bahwa itu adalah balon cuaca yang keluar jalur.

Baca Juga: