Agensi K-pop ternama, Hybe, pada Selasa (28/2) mengumumkan telah mengajukan petisi ke Financial Supervisory Service untuk meminta penyelidikan atas kesepakatan pembelian besar-besaran saham SM Entertainment yang disebut mereka "mencurigakan".

Permintaan penyelidikan tersebut diajukan Hybe di tengah tawaran yang diterima agensi boy group BTS itu untuk mengambil alih SM Entertainment setelah menjadi pemegang saham terbesar agensi K-pop saingannya tersebut.

"Pada 16 Februari, pembelian abnormal 2,9 persen (683.398 saham) dari saham yang diterbitkan SM terjadi di cabang Pangyo IBK Investment Securities. Ada dugaan pelanggaran UU Pasar Modal," kata Hybe dalam keterangannya.

Melansir Korea Herald, Hybe yang telah menjadi raksasa industri K-pop itu lebih lanjut menjelaskan bahwa karena transaksi yang dimaksudkan untuk diselidiki terjadi selama periode kritis ketika harga saham SM Entertainment melonjak menjadi 130.000 won.

Dalam pernyataannya, Hybe menduga kuat bahwa pembelian saham abnormal itu dilakukan untuk memanipulasi harga pasar SM Entertainment yang dilakukan demi mengganggu penawaran tendernya.

Diketahui, Hybe menjadi pemegang saham terbesar SM Entertainment setelah menandatangani kesepakatan dengan pendiri agensi Lee Soo-man, membeli 14,8 persen saham seharga 422,8 miliar won.

Pada 10 Februari, Hybe mengumumkan penawaran tender untuk saham SM Entertainment yang dipegang oleh pemegang saham minoritas.

Hybe berencana untuk mengamankan hingga 25 persen di SM Entertainment melalui tawaran ini demi mendapatkan kendali manajemen yang stabil atas perusahaan saingannya.

Karena Hybe menawarkan 120.000 won per saham, jika harga saham bergerak di atas level ini, kemungkinan pemegang saham minoritas tidak akan menerima penawaran tender Hybe.

Korea Herald mencatat harga saham SM Entertainment tetap di bawah 120.000 won hingga 14 Februari. Namun, mulai naik dan pada 16 Februari melonjak ke level tertinggi sepanjang masa di 133.600 won. Saham SM Entertainment pada hari Selasa ditutup pada 127.600 won, naik 7.300 won dari hari perdagangan sebelumnya dan juga di atas harga yang ditawarkan Hybe.

Menurut orang dalam industri yang diwawancarai Korea Herald, pergerakan harga saham ini berarti bahkan pemegang saham yang mengambil penawaran tender Hybe antara 10-14 Februari ketika harga saham lebih rendah dari 120.000 won dapat membatalkan kesepakatan mereka sebelum penawaran berakhir pada hari Selasa.

Perseteruan antara pendiri SM Entertainment Lee dan eksekutif agensi semakin intensif pada awal bulan ini, ketika co-CEO Lee Sung-soo dan Tak Young-jun menyusun blue print strategi baru perusahaan yang disebut "SM 3.0", yang tidak menyertakan Lee Soo Man yang sebelumnya merupakan produser utama di agensi tersebut.

Saat itu, raksasa teknologi Korea Selatan Kakao, yang juga mendukung rencana SM 3.0, mengakuisisi 9,05 persen saham di SM Entertainment dan menjadi pemegang saham terbesar kedua di agensi tersebut.

Lee Soo Man, yang merupakan pemegang saham terbesar dengan 18,46 persen saham saat itu, langsung mengatakan bahwa menerbitkan obligasi konversi kepada pihak ketiga yang dalam hal ini adalah Kakao merupakan tindakan ilegal ketika agensi tersebut sedang mengalami perselisihan manajemen bisnis.

Saat itulah Hybe terlibat dalam perseteruan tersebut. Pada 22 Februari, Lee Soo Man bersama Hybe menandatangani kesepakatan untuk membeli saham mayoritas Lee sebesar 14,8 persen.

Baru-baru ini, Kakao mengumumkan bahwa akan mengambil semua kemungkinan tindakan pencegahan terhadap upaya Hybe untuk meningkatkan kepemilikan SM Entertainment.

Banyak orang dalam industri di sini menilai bahwa pernyataan ini menunjukkan keinginan kuat Kakao untuk mengakuisisi lebih banyak saham di agensi tersebut.

"Kami tidak bisa lagi mentolerir situasi saat ini yang mengancam keberadaan kemitraan kami dengan SM Entertainment," kata Kakao dalam pernyataannya.

Perseteruan ini kemungkinan akan berlanjut hingga rapat pemegang saham reguler SM Entertainment, yang dijadwalkan diselenggarakan pada 31 Maret mendatang.

Baca Juga: