Beberapa waktu lalu Lembaga Adat Melayu (LAM) mendeklarasikan Pulau Penyengat yang berada di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sebagai warisan budaya dunia, sekaligus saksi sejarah tempat kelahiran Bahasa Indonesia.
Pulau Penyengat menyimpan sejarah kejayaan Kerajaan Riau-Lingga. Kerajaan tersebut menjadi salah satu pusat perkembangan budaya Melayu.
Hal tersebut diungkapkan Abdul Razak, Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri, Jumat (17/11) di Tanjung Pinang, Provinsi Kepri.
Sementara itu, Gubernur Kepri Nurdin Basirun, dalam kesempatan berbeda mengatakan Pulau Penyengat tidak hanya sebagai pusat sejarah melayu, melainkan Bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal Bahasa Indonesia dilahirkan.
"Bung Hatta, Wakil Presiden RI yang pertama menyatakan Bahasa Indonesia berasal dari salah satu pulau kecil di Kepri yakni Pulau Penyengat," katanya.
Kepri juga memiliki dua pahlawan nasional yakni Raja Haji Fisabilillah dan Raja Ali Haji.
"Saya bangga menjadi orang Kepri. Masyarakat Kepri juga selayaknya bangga, dua pahlawan nasional lahir di Kepri," katanya.
Pada kesempatan berbeda, Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata, Raseno Arya mengatakan, kekuatan budaya yang ada menjadikan Pulau Penyengat memiliki potensi besar dalam menarik wisatawan. Tidak hanya wisatawan Nusantara, tapi juga wisatawan mancanegara karena letaknya yang dekat dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.
Terlebih kebudayaan Melayu juga tersebar luas hingga ke Thailand. "Wisatawan mancanegara sendiri untuk Kepri ditargetkan sebesar 2,2 juta wisman di tahun ini. Kalau bisa dalam satu tahun bisa menyelenggarakan beberapa kali even yang bersifat nasional," katanya.
Sedangkan Menteri Pariwisata Arief Yahya sebelumnya menegaskan Pulau Penyengat baik lewat penyelenggaraan Festival Pulau Penyengat, maupun even budaya lainnya, diharapkan dapat mengangkat pariwisata Kepri. "Khususnya potensi destinasi wisata alam dan budaya setempat. Selain itu juga memperkenalkan Pulau Penyengat sebagai pusat sejarah dan budaya Melayu," ujarnya. Beberapa Situs sejarah dan objek yang Anda bisa temukan di Pulau ini antara lain :
Masjid Sultan Riau
Masjid ini dahulu dibangun secara gotong royong, dibangun di atas pondasi yang tinggi dengan ornamen dan desain unik yang menjadikan masjid ini terlihat indah dan kokoh walau dibangun dengan peralatan seadanya. Menurut informasi pembangunan masjid ini dulu melibatkan arsitektur dari India yang juga pernah ikut membangun Taj Mahal. Konon, masyarakat setempat yang tidak mengonsumsi putih telur, dimanfaatkan sebagai campuran kapur semen.
Makam Makam
Dengan menggunakan Becak Mesin pengunjung bisa mengunjungi makam Raja Ali Haji yang merupakan Pahlawan nasional (Bapak Bahasa) kemudian makam Raja Hamidah (Engku Putri) yang dikenal sebagai pemegang Regalia atau alat penobatan Sultan. Ia juga dikenal sebagai pemilik Pulau Penyengat, sebab konon Pulau Penyengat dahulu dijadikan "Mas Kawin " saat ia dipersunting Sultan Mahmud.
Balai Adat
Tempat ini bukanlah bangunan tua namun hanya bangsal besar yang dahulu oleh pemerintah setempat digunakan untuk acara kebudayaan. Di bangunan ini terdapat pelaminan Melayu sehingga pengunjung bisa berfoto di atas pelaminan teersebut. Di bawah Balai Adat terdapat sebuah sumur yang airnya bening dan rasanya tawar. Inilah bukti legenda bahwa Pulau Penyengat dikenal sebagai Pulau Air Tawar.
Istana Kantor
Bangunan tersebut dahulu digunakan sebagai Istana dan Kantor pada masa pemerintahan Yang dipertuan Muda Raja Ali Marhum. Bangunan ini memiliki keunikan di dalamnya terdapat sebuah "toilet" yang bentuknya seperti lobang kunci, dan sebelahnya terdapat sebuah sumur, namun sumur ini tidak lagi dapat dipergunakan. frn/R-1
Perlu Prioritas Pembangunan
Mahyudin menceritakan, dirinya pernah main golf di salah satu tempat di Kepulauan Riau. Selepas main golf, dirinya ditarik biaya dengan mata uang dollar Singapura. Diperlakuan demikian, Mahyudin heran sebab ini Indonesia maka pembayaran harus menggunakan rupiah.
Ia sebenarnya memaklumi hal yang demikian sebab di Kepri banyak orang Singapura yang bermain golf. "Karena mereka lebih kaya," ungkapnya. Menghadapi kesenjangan yang demikian, pihaknya mendorong pembangunan perbatasan harus menjadi prioritas.
Dikatakan, khusus Kepri mempunyai beragam potensi seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, dan budaya. Untuk itu pembangunan di perbatasan harus menjadi prioritas agar tak tertinggal dari negara tetangga.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Misni, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana, Provinsi Kepri, mengatakan Provinsi Kepri memiliki 19 pulau yang tersebar dan berbatasan dengan negara lain.
"Saya pikir media mesti membantu menyampaikan kepada publik terkait potensi wisata Kepri. Kami berharap media juga memberi masukan kepada kami. Memberi masukan karena perbatasan menjadi isu penting," tambahnya.
Diakui dalam perkembangan teknologi digital hal demikian menjadi tantangan dalam pemberitaan. Untuk itu menuntut kecerdasan dalam mengakses berita. Kita harus menggiring berita yang kredibel," tegasnya.frn/R-1
Dibutuhkan Publikasi Serius
Pada kesempatan yang berbeda, Wakil Ketua MPR Mahyudin yang berkunjung di Kota Tanjung Pinang, Kepri, mengatakan Kepri merupakan provinsi yang berada di wilayah perbatasan dengan negara lain. "Kepri merupakan daerah yang luas, di mana luas lautnya hingga Pulau Natuna," ujarnya.
Sebagai wilayah kepulauan dan terletak di perbatasan, Kepri memiliki banyak tantangan dan peluang. "Salah satunya Pulau Penyengat, salah satu tempat wisata yang sarat dengan budaya Melayu. Untuk itu media perlu mempublikasikan secara serius wisata di sini," harapnya.
Dalam kunjungan itu, Mahyudin, yang sekaligus menyosialisasikan Empat Pilar, mengakui saat ini makin banyak anak muda yang mencintai Pancasila. "Kami telah mensosialisasikan Empat Pilar ke berbagai lapisan masyarakat. Jadi, media perlu juga berperan dalam sosialisasi. Sosialisasi menjadi penting sebab di daerah perbatasan berbagai hal bisa masuk. Untuk itu perlu ideologi yang kuat," pungkasnya. frn/R-1