Kekaisaran Ghana mendominasi perdagangan Afrika barat tengah di lembah atas Sungai Niger dari abad ke-6 atau ke-7 Masehi.

Kekaisaran Ghana mendominasi perdagangan Afrika barat tengah di lembah atas Sungai Niger dari abad ke-6 atau ke-7 Masehi. Bagi penguasa yaitu raja-raja Ghana, pengendalian perdagangan regional merupakan bisnis yang menguntungkan bagi mereka.

Mereka menawarkan barang-barang seperti emas, gading, kulit, bulu burung unta, dan budak kepada para pedagang Muslim khususnya Sanhaja Berber, konfederasi suku Berber terbesar, bersama dengan konfederasi Zanata dan Masmuda., serta banyak suku di Aljazair, Burkina Faso, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Niger, Senegal, Tunisia dan Sahara Barat.

Mereka melakukan pengangkutan ia mengirimkan karavan unta melintasi gurun Sahara dari Afrika utara untuk membawa koditas tersebut dari Kekaisaran Ghana. Sebagai imbalannya pedagang muslim Berber membawa garam yang sangat berharga ke selatan.

Setiap komoditi barang sering kali dikenakan pajak dua kali, satu kali ketika barang tersebut masuk ke suatu negara dan sekali lagi ketika meninggalkan negara tersebut. Selain pendapatan dari perdagangan, Kekaisaran Ghana mempunyai akses terhadap sumber dayanya sendiri, terutama bijih besi dan emas dari ladang Bambuk.

Hasil tambah ini digunakan oleh kaum elit untuk ditukarkan dengan barang-barang mewah seperti tekstil berkualitas, manik-manik, tembaga, dan kuda kepada pedagang Arab dari utara. Mata uang komoditas lain yang digunakan di Ghana, selain emas, adalah tembaga.

Raja-raja Ghana sekali lagi menggambarkan posisi tertinggi mereka dengan melarang siapapun kecuali diri mereka sendiri. Pedagang tidak boleh memiliki bongkahan emas, dan hanya diperbolehkan memiliki debu emas.

Kebijakan ini mempunyai keuntungan tambahan yaitu memastikan raja dapat mengendalikan pasar emas dan memastikan nilainya tidak menurun dengan beredarnya terlalu banyak emas pada satu waktu yang dapat menyebabkan kurang berharga.

Masuknya pedagang Arab dari utara membawa agama Islam di wilayah. Para pedagang masuk melalui dengan elit perkotaan. Para pemimpin mentoleransi agama baru tersebut demi mendapatkan manfaat dari perdagangan.

Di Kekaisaran Ghana, tidak ada bukti bahwa raja-rajanya masuk Islam. Sebaliknya, ibu kota Ghana di Koumbi Saleh terbagi menjadi dua kota berbeda sejak pertengahan abad ke-11 Masehi. Satu kota berpenduduk Muslim dan memiliki 12 masjid sementara kota lainnya tetap menganut kepercayaan lama.

Hanya berjarak 10 kilometer kepercayaan lama animisme mereka terjaga dengan dikelilingi oleh banyak bangunan perantara. Mereka tetap dapat melakukan pemujaan tradisional. Pemisahan ini mencerminkan kelanjutan kepercayaan pribumi yang telah lama dianut oleh masyarakat pedesaan.

Tahap pertama kemunduran Kekaisaran Ghana dimulai pada pertengahan abad ke-11 Masehi. Sekitar tahun 1076 M, ibu kotanya dijarah oleh suku Almoravid di Afrika Utara (1055 - 1147 M). Penjarahan ini kemungkinan sebagai pembalasan atas upaya penguasa Ghana untuk memaksakan perdagangan melalui pusat komersial Sahara. hay/I-1

Baca Juga: