JAKARTA - Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Anang Ristanto menyebut, media sosial (medsos) bisa menjadi salah satu alternatif media pembelajaran. Pihaknya melalui Merdeka Belajar juga melakukan transformasi untuk mendorong pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman.

"Kami di sini memandang media sosial sebagai media pembelajaran. Belajar tidak harus di kelas, media sosial bisa menjadi salah satu media yang bisa kita gunakan juga," ujar Anang, dalam Konferensi Pers #SerunyaBelajar, di Jakarta, Senin (24/10).

Terkait pencegahan dampak buruk bermedia sosial, Anang mengatakan pembuat platform media sosial sudah membuat aturan-aturan terkait batasan umur dan sebagainya. Dia mengatakan, pelajar harus lebih bijak dalam mengakses media sosial sesuai dengan usia.

Dia menambahkan, orang tua juga harus mengawasi anak saat menggunakan media sosial. Menurutnya, baik guru maupun orang tua juga harus membekali diri dengan literasi digital.

"Sudah ada konten peruntukannya sesuai usia. Ada filternya, orang tua harus tetap memantau," katanya.

Lebih lanjut, Anang mengungkapkan, pihaknya terus menyosialisasikan bijak bermedia sosial. Pihaknya juga menyediakan platform-platform pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat, salah satunya dengan gerakan #SerunyaBelajar yang bekerja sama dengan TikTok. "Kami harus menyesuaikan kondisi dan perkembangan teknologi yang ada saat ini," tandasnya.

Public Policy & Government Relations, TikTok Indonesia, Faris Mufid, mengatakan, sejak bekerja sama pada tahun 2020, #SerunyaBelajar sudah memiliki 13 miliar penonton. Perkembangan ini terlihat dari semakin banyaknya jenis dan kategori konten edukatif yang muncul, ragam kreator, hingga fitur yang digunakan mulai dari filter hingga TikTok LIVE.

"TikTok berharap dapat terus menginspirasi kegiatan belajar melalui cara baru dan seru serta memperkuat semangat pemuda untuk terus belajar, kapan saja, dan di mana saja," katanya.

Baca Juga: