Mahasiswa dewasa ini lebih banyak diberi kemerdekaan dalam mengembangkan talenta dan menuntut pengetahuan. Itulah inti merdeka belajar kampus merdeka. Tinggal mahasiswa untuk mengoptimalkan peluang tersebut.
Sumber daya manusia (SDM) berkualitas tinggi menjadi kunci setiap bangsa, tak terkecuali Indonesia. Sadar akan hal itu, maka Presiden Joko Widodo dalam periode kedua menjadikan pembangunan SDM berkualitas sebagai target pemerintahannya. Nadiem Makarim yang ditunjuk selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, mencoba menjawab cita-cita Presiden Jokowi tersebut. Banyak langkah ditempuh di dunia pendidikan, antara lain Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
MBKM memberi ruang dan kesempatan seluas-luasnya bagi mahasiswa untuk meningkatkan dan menambah kompetensinya. Perguruan tinggi harus mampu berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memberi pilihan-pilihan bagi mahasiswa. Guna mengetahui kebijakan tersebut dalamm implementasi, wartawan Koran Jakarta, Muhamad Ma'rup mewawancarai Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Prof Dr H Fatah Sulaiman, ST, MT. Berikut petikannya.
Bagaimana Bapak menilai kebijakan MBKM dari pemerintah?
MBKM merupakan sesuatu yang menjadi mandatori kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Hal tersebut diatur dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020. Perguruan tinggi (PT) Indonesia baik PTN maupun PTS harus mampu menyiapkan diri untuk mengimplementasikannya. Di dalamnya harus diberikan akses atau ruang bagi mahasiswa dari semester 1 sampai 3 untuk mengakses di luar kompetensi prodi pilihannya.
Contoh, 1 semester di dalam universitas lintas prodi setara 20 Satuan Kredit Semester (SKS) diperkenankan. Kalau di luar institusi, 2 semester setara dengan 40 SKS seperti magang, riset kolabrasi, dan kerja-kerja sosial. PT memberikan akses itu untuk mahasiswa yang dulu tidak ada ketentuannya. Ini sekarang sudah jadi bagian dari mandatori kebijakan pemerintah melalui Kemendikbudristek. Substansi kebijakan ini sangat baik bagi pengembangan mahasiswa agar menjadi SDM unggul dan utuh. Jadi, nanti ruang kebebasan untuk mengeskplorasi potensi talenta mahasiswa diberi akses melalui implementasi MBKM.
Kebijakan tersebut sudah 2 tahun berjalan. Apa saja yang harus ditingkatkan?
PT harus menyiapkan diri dan beradaptasi. Mengembangkan fasilitas-fasilitas, termasuk pedoman-pedoman konversi kurikulumnya. Misalnya, mahasiswa mengambil akses implementasi MBKM di luar prodi. Itu harus juga diapresiasi SKS-nya dan akan terkait dengan kebijakan konversi. Ini termasuk kegiatan magang di industri. Ini menambah kekuatan kompetensi berdasarkan pengalaman langsung mahasiswa di industri.
Itu internal. Untuk eksternal harus diintervensi kebijakan pemerintah seperti dukungan seluruh stakeholder. Industri harus punya kesepahaman dan proaktif memberikan fasilitas untuk magang dan riset bersama mahasiswa. Saya kira ini harus saling proaktif antarstakeholder. Dengan begitu, bisa menyukseskan agenda implementasi MBKM yang substansi targetnya penguatan SDM unggul dan utuh tadi.
Ada tantangan Mendikbudristek agar kampus memiliki program MBKM sendiri. Bagaimana Untirta merespons kebijakan tersebut?
Untirta sangat apresiatif dengan kebijakan itu, serta merespons dengan menyiapkan diri. Langkah pertama, sederhannya, kami sudah punya Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman dengan industri. Selama ini dalam bentuk dokumen, maka secara proaktif kami panggil dan datangi industri yang sudah MoU. Ini dalam rangka segera mengimplementasikan terutama memfasilitasi MBKM tadi.
Kami juga membuat program terkait problem solving industry dan pengembangan hilirisasi produk yang melibatkan stakeholder industri, pemerintah daerah (pemda), dan Untirta. Kami di-back up pendanaan oleh kementerian. Ada program matching fund untuk penyiapan riset kolaborasi pengembangan plastik antibakteri yang dimanfaatkan UMKM, agar menjadi kemasan tahan lama. Selain itu, ada pemanfaatan limbah plastik untuk bahan bakar bekerja sama dengan industri. Program-program lainnya juga sudah ada. Kami sudah siapkan tim-tim untuk menindaklanjuti konsep yang dicanangkan kementerian.
Bagaimana respons industri yang bekerja sama dengan Untirta?
Responsnya baik. Kami sudah kerja sama dengan ratusan industri. Kemarin dari industri yang sudah dikomunikasi. Hampir semua industri di kawasan industri support. Ini termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas. Mereka memfasilitasi dan saling memberi pemahaman untuk mendukung program ini.
Tadi disinggung kolaborasi dengan pemda dan industri daerah. Bagaimana pelaksanaan kolaborasi tersebut?
Tugas pokok dan fungsi utama Untirta memberi layanan tridarma PT dalam mencetak generasi-generasi emas Indonesia. Kami bina SDM Indonesia unggul dan utuh untuk bisa siap berdaya saing secara global. SDM ini harus punya karakter kompetensi keilmuan yang memadai. Mereka juga harus memiliki budi pekerti luhur, cinta tanah air, serta nasionalisme tinggi. Kesehatan jasmani, rohani, dan mental juga harus terjaga.
Ini yang kami siapkan di Untirta dengan tridarma PT baik untuk internal kampus, masyarakat sekitar, maupun kolaborasi dengan stakeholder tadi. Jadi, ini dalam rangka menyiapkan SDM unggul dan utuh baik untuk pembangunan di provinsi banten maupun nasional.
Adapun potensi di Banten untuk kolaborasi banyak sekali, termasuk sumber daya alam. Ini harus diidentifikasi dalam database. Kemudian, dieksplorasi strategi pemanfaatannya ke depan. Ke depan, banyak kawasan industri dan industri baru di Banten. Apalagi dalam Program Strategis Nasional pemerintah yang akan menyentuh infrastruktur di Banten Selatan. Ini butuh sentuhan SDM terutama, Untirta harus ambil peran. Kami punya kewajiban moral untuk itu.
Presiden Joko Widodo kerap menyoroti adanya kompetensi baru dan SDM terutama lulusan perguruan tinggi harus siap. Bagaimana pandangan Bapak terkait hal ini?
Saya kira implementasi MBKM salah satu formulasi dan strategi untuk mengantisipasi potensi peluang-peluang yang butuh skill-skill khusus. Makanya, pengembangan penguatan kurikulum terkait literasi digital dan teknologi digital ini sudah menjadi kesepakatan dan menjadi muatan kurikulum wajib untuk seluruh program studi yang kami bina. Jadi, penyesuaian-penyesuaian itu untuk antisipasi kebutuhan-kebutuhan skill yang memang diperlukan pada zamannya, terutama terkait teknologi digital. Kami sudah melakukan kebijakan tersebut.
Kemudian juga terkait dengan kemampuan problem solving dengan multivariable complex harus juga kami ajarkan. Itu bagian dari strategi implementasi MBKM. Hal ini termasuk kompetensi untuk dilatih start up agar menjadi entrepreneur disiapkan sebagai implementasi MBKM. Saya kira, MBKM menjawab amanat Presiden untuk menyiapkan SDM agar bisa menghadapi tantangan zaman. Formulasi MBKM sudah tepat. Ini untuk mengantisipasi situasi kelak.
Perguruan tinggi juga harus bertransformasi. Bagaimana prosesnya di Untirta sendiri?
Di Untirta, berkaca pada pengalaman dan persiapan untuk menyambut era revolusi teknologi informasi dan digital, kami berkesimpulan, civitas academica Untirta harus ada penyesuaian dan penyiapan diri. Pemanfaatan teknologi informasi khususnya untuk layanan pendidikan.
Kami sudah sepakati itu sebelum ada pandemi Covid-19. Penguatan infrastruktur teknologi informasi menjadi keharusan. Sebelumnya, kami mencanangkan per prodi tiga mata kuliah wajib daring. Itu sebelum pandemi. Begitu pandemi datang wajib daring dengan mempertimbangkan keselamatan dan kesehatan manusia. Jadi, tadinya tiga seluruhnya daring. Kami sudah siapkan. Ke depan akan menjadi arus utama pemanfaatan inovasi digital dalam layanan tridarma PT.
Dalam skala lebih luas, bagaimana inovasi teknologi di sektor pendidikan?
Di sektor pendidikan harus diakui masih ada disparitas. Untuk pendidikan dasar-menengah harus ada kemauan dan tekad kuat dari pemerintah daerahnya. Bagaimana infrastruktur digital teknologi informasi bahkan sampai tingkat RT/RW bisa dijangkau. Ini bukan sesuatu yang tidak mungkin. Bisa dibuat dengan inovasi teknologi dan disiapkan biaya yang cukup. Bisa kami kendalikan juga dengan peningkatan kualitas SDM. Jangan apriori. Semua ada risiko dari perkembangan teknologi informasi.
Untuk sektor pendidikan, ini jadi kebutuhan primer. Kalau sekarang belum maksimal, pemprograman ke arah sana harus jadi tanggung jawab semua. Misalnya, ada optimalisasi pemanfaatan smartphone dalam pembelajaran. Itu harus menjadi tugas semua unsur pendidikan.
Jumlah peredaran smartphone mencapai 70 persen dari total jumlah penduduk. Ke depan bisa 2 kali lebih banyak. Jadi, tinggal optimasi pemanfaatannya. Inovasi di negara maju sangat masif. Kalau kita tidak merespons, kedodoran.
Menurut Bapak, bagaimana pengembangan teknologi bisa beriringan dengan budaya masyarakat kita?
Menurut saya kultur di Indonesia ada sisi positif yang tidak dimiliki negara lain. Santun, ramah, religius, menghargai, dan penuh kehati-hatian. Menurut saya, itu bagus dan harus dijaga dalam proses transfer pendidikan. Jadi, pendidikan tidak hanya transfer informasi, knowledge, tapi juga transfer nilai dan keteladanan.
Menurut saya, adaptasi memanfaatkan platform inovasi digital secara subjektif blended learning pilihan tepat. Inovasi digitalisasi dilakukan, hubungan humanisnya harus tetap dijaga. Pemahaman literasi digital harus ada. Masifnya pertukaran data dan informasi harus memberikan kesadaran serta pemahaman kepada masyarakat tentang literasi digital. Mungkin ada muatan kurikulum terhadap generasi ke depan pemahaman terhadap hal tersebut.
Di masa pandemi Covid-19 ini, bagaimana keterlibatan Untirta dalam proses pencegahannya?
Di Untirta kami sudah menyiapkan antisipasi pandemi Covid-19 sebelum pemerintah menetapkan menjadi wabah dunia. Kami langsung mengedarkan surat edaran rektor untuk menarik pulang tenaga dosen yang sedang berada di luar negeri untuk mengantisipasi penyebaran covid-19. Untuk mereka yang bertugas dalam jangka pendek di luar negeri, harus lockdown. Ini termasuk penyiapan fasilitas di kampus, sudah dilakukan.
Begitu ditetapkan, kami sudah siap beradaptasi dengan kebijakan pemerintah. Untuk berkuliah daring juga sudah siap. Seluruh kegiatan riset diarahkan membantu penanganan covid-19 di masyarakat. Hal itu termasuk sosialisasi dan pemberian perangkat pencegahan seperti hand sanitizer. Selain itu, Untirta masuk dalam gugus tugas pemda baik provinsi maupun kabupaten/kota. Ini untuk memberikan pencerahan bahwa Covid-19 menjadi tugas utama bersama untuk dicegah penularannya.
Kampus menggunakan tagline Untirta Jawara. Apa maksudnya?
Untirta punya kesepakatan dan komitmen untuk visi. Di bawah periode kepemimpinan saya adalah Untirta yang terintegrasi, smart, green, unggul, berkarakter, dan berdaya saing di tingkat ASEAN pada tahun 2030. Dengan kesepakatan value atau nilainya itu jawara. Jawara ini kependekan dari jujur, adil, wibawa, amanah, religius, dan akuntabel. Ini harus jadi landasan seluruh elemen civitas academica Untirta dalam pelaksanaan setiap layanan tridarma PT.
Value ini kami peras dari sejarah karakter dua tokoh sentral utama yaitu Sultan Ageng Tirtayasa dan Syekh Nawawi Al Bantani, tokoh intelektual Banten berkelas dunia dengan karya-karya monumentalnya. Ini sudah jadi kesepakatan atau value yang menjadi landasan pergerakan pelaksanaan tridarma PT. Semuanya dituangkan dalam dokumen statuta Untirta. Saya kira itu. Jadi, bukan jawara seperti di terminal-terminal.
Riwayat Hidup*
Nama: Fatah Sulaiman
Tempat, tanggal lahir: Serang, Banten, 6 Oktober 1968
Pendidikan:
- S1 Teknik Petrokimia dan Gas di Universitas Indonesia (1994)
- S2 Teknik Kimia di Universitas Indonesia (2002)
- S3 Pengelolaan sumber Daya Alam dan Pengendalian lingkungan di IPB (2009)
Karier:
- Dosen (1995-Sekarang)
- Order, Metal Dusting dan Pemanfaatan Limbah PT. Krakatau steel (1996-1997)
- Kepala Laboratorium Proses dan operasi teknik Kimia FT. Untirta (1996-1998)
- Sekretaris jurusan Teknik Kimia FT. Untirta (1998-2000)
- Ketua Jurusan Teknik Kimia FT. Untirta (2000-2002)
- Pembantu Dekan Bidang Akademik FT. Untirta (2002-2007)
- Wakil Rektor IV Bidang Kejasama, Perencanaan dan Sistem Informasi (2011-2015)
- Wakil Rektor I Bidang Akademik (2015-2019)
- Wakil Direktur Project Implementation Unit IDB Loan Project- Untirta Development (2015-2019)
- Ketua Senat Akademik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (2016-2019)
- Rektor Untirta (2019-sekarang)
*BERBAGAI SUMBER/LITBANG KORAN JAKARTA/AND