ROMANS-SUR-ISERE - Michael Matthews memperbaiki peluangnya untuk memenangkan green jersey (sprinter terbaik berdasarkan poin) di Tour de France 2017. Pebalap Australia itu merebut juara pada etape ke-16 yang berlangsung Selasa (18/7) waktu setempat. Meski demikian pesaing terdekatnya untuk prebutan green jersey, Marcel Kittel dari tim Quick Step mengatakan dirinya tidak peduli.

Tim Sunweb melaju dengan kencang pada tanjakan pertama saat Kittel terjatuh. Kecelakaan itu membuat Kittel tak mampu menyusul. Pebalap Jerman itu gagal mencegah tim Sunweb meraih kemenangan ketiga setelah Matthews memenangkan etape ke-14 dan pebalap Prancis Warren Barguil menang di etape 13.

Matthews mengumpulkan poin dalam sprint medium dan jelang final untuk memangkas jarak dengan Kittel menjadi 29 poin. Situasi itu membuat duel keduanya akan memenas jelang hari-hari terakhir balapan TdF tahun ini. "Ini adalah persaingan dengan orang yang sama setiap tahun selama lima tahun (Peter Sagan), tapi sekarang akan lebih mengasyikkan," ujar Matthew yang juga bersaing dengan pebalap Norwegia Edvald Boasson Hagen dan pebalap Jerman John Degenkolb.

Degenkolb mengeluh bahwa Matthews tidak bersikap sportif dalam sprint, tapi pebalap Australia menegaskan dia melaju sesuai ketentuan. "Saya melihat sprint di TV sesudahnya, saya melaju ke arah yang sama, saya tidak mengubah lajur saya, saya meninggalkan tempat di antara saya dan penghalang," ujar Matthews yang menambahkan bahwa Degenkolb menarik lehernya setelah finis.

"Dia mencengkeram leher saya, para ofisial melihat itu, saya tidak tahu apa yang akan mereka lakukan mengenai hal itu, saya rasa ini sangat tidak sportif," sambungnya.

Etape ke-16 menjadi hasil buruk bagi tim Quic Step. Pebalap mereka asal Irlandia Dan Martin, yang memulai hari ini di tempat kelima secara keseluruhan, kehilangan 51 detik setelah tertinggal dari peloton jelang balapan melewati lembah Rhone.

Martin tergelincir ke urutan ketujuh, terpaut 2 menit tiga detik di belakang pemimpin klasemen Chris Froome. Pebalap Tim Sky yang mempertahankan kaus kuning itu setelah akselerasi timnya 14 km jelang garis finis menyebabkan terpecahnya peleton yang menentukan hasil akhir balapan.

Dengan beberapa pesaing utama lainnya tidak bermasalah setelah terjebak di belakang, Matthews adalah yang tercepat dari rombongan terdepan yang tersisa. Secara keseluruhan, Froome memimpin 18 detik di depan Fabio Aru. "Semua orang tahu bahwa 20 kilometer terakhir angin bertiup kencang dan di sanalah kami memutuskan untuk melakukan langkah untuk membuat pilihan," ujar Froome.

Pebalap Prancis Romain Bardet, yang berada di ujung rombongan yang terpisah, meminta rekan setimnya AG2R-La Mondiale Oliver Naesen untuk berterima kasih. Bardet membantu juara Belgia tersebut melakukan upaya untuk membawanya kembali ke grup terdepan.

Bardet berada di urutan ketiga secara keseluruhan, terpaut 23 detik dari Froome menjelang etape-etape tersulit di Pegunungan Alpen pada Rabu dan Kamis. Tour de France akan melawati etape terberat dengan tanjakan tertinggi pada hari Kamis. Peloton harus menaklukkan tanjakan Croix de Fer, Col du Telegraphe dan Col du Galibier sebelum finish finish di Serre-Chevalier pada etapa ke-17.

Namun etape ke-18 akan menjadi yang terpenting karena bakal menjadi pertempuran terbesar untuk para climber. Demikian dikatakan pemenang Tour de France tiga kali (1986, 1989 dan 1990) Greg LeMond. ben/Rtr/S-2

Baca Juga: