CARACAS - Perekonomian Venezuela dikabarkan kian terpuruk setelah Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, memberlakukan mata uang baru hasil devaluasi serta menaikkan upah minimum hingga 3.000 persen untuk mengatasi inflasi yang naik sebesar satu juta persen dan kelaparan yang tinggi secara nasional.

Aktivitas di Venezuela pada Selasa 21 Agustus 2018 terhenti seiring masyarakat mencoba untuk beradaptasi dengan mata uang yang baru. Ribuan aktivitas bisnis juga tutup karena sedang menyesuaikan dengan sovereign bolivar. Akibatnya banyak pekerja tinggal di rumah.

Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, meluncurkan uang kertas baru pada Senin 20 Agustus 2018, kemudian menilai kembali dan mengganti nama mata uang bolivar lama.

Adapun mata uang baru Venezuela memangkas lima nol dari mata uang lama bolivar. Ini artinya, tagihan bolivar tertinggi sebelumnya 100 ribu sekarang menjadi 1 atau secangkir kopi senilai 2,5 juta bolivar pada bulan lalu, sekarang hanya 25 sovereign bolivars.

Pemerintah menilai langkah itu untuk atasi inflasi yang melaju. "Akan tetapi, ahli melihat hal tersebut membuat krisis lebih buruk. Mata uang tersebut mulai beredar pada Selasa," tulis BBC pada Rabu (23/8).

Sementara itu, di Caracas, ibu kota Venezuela, baik mata uang baru dan lama masih diterima di pasar dan toko. Para ekonom mengatakan langkah-langkah ekonomi baru yang dikeluarkan Maduro bisa membuat situasi buruk lebih buruk lagi.

Orang-orang bergegas ke supermarket dan pom bensin untuk membeli beberapa kebutuhan, sementara beberapa pemilik bisnis akan menutup sebagian usahanya karena kenaikan gaji.

ATM Kosong

Sejumlah media melaporkan, orang-orang terpantau berbaris untuk mendapatkan mata uang bolívar baru di sejumlahj anjungan tunai mandiri (ATM).

Namun, penarikan harian terbatas sehingga hampir tidak cukup untuk membeli tiga lusin telur. Kota-kota di seluruh Venezuela hampir kosong karena orang-orang berjuang mendapatkan uang kertas baru negara itu.

"Saya tidak dapat menemukan mesin uang tunai karena semua bank tutup," ujar Jose Moreno, seorang pensiunan. Di toko-toko, pembeli bingung, dengan harga yang ditandai baik dalam mata uang bolívar lama maupun baru.

"Saya hanya harus membayar dan kemudian pulang dan mencari tahu seberapa banyak yang saya habiskan," kata Zoraya Mago, koki berusia 60 tahun, saat berada di sebuah supermarket di Caracas timur.

Sementara itu, Victor Flores, 56 tahun, seorang manajer dealer mobil, mengatakan kemungkinan besar harus memecat karyawan setelah kenaikan gaji yang diamanatkan oleh pemerintah berlaku awal September mendatang.

Sedangkan kelompok bisnis utama negara itu, Fedecamaras, mengatakan langkah-langkah baru Maduro tidak masuk akal dan akan berdampak negatif terhadap bisnis yang sudah menderita. AFP/Ant/SB/AR-2

Baca Juga: