Pemerintah AS sedang menghadapi masalah terkait kesehatan para diplomat, tentara, dan mata-mata yang bertugas di berbagai negara. Laporan Guardian setidaknya terdapat 130 kasus kejadian cedera otak yang tidak dapat dijelaskan.
Gejala gangguan aneh dialami sejumlah orang dalam beberapa pekan terakhir. Disebutkan, tiga petugas CIA menderita gejala serius sejak Desember, setelah bertugas di luar negeri. Mereka menjalani rawat jalan di rumah sakit militer, Walter Reed, di Washington.
Sebelumnya, jumlah kasus yang diketahui dan dilaporkan, ada 70 orang. Mark Zaid, yang mewakili beberapa mantan pejabat disebutkan menderita "Sindrom Havana" (Havana Syndrome). Dia telah dihubungi lebih banyak orang yang percaya bahwa mereka telah terpengaruh. "Jumlahnya pasti meningkat," ujar dia seperti dikutip Guardian.
Menurut Wikipedia sindrom Havana adalah sekumpulan tanda dan gejala medis. Fenomena ini pertama kali dilaporkan oleh staf kedutaan Amerika Serikat dan Kanada di Havana, Kuba sejak akhir 2016. Hal ini kemudian terjadi di beberapa negara lain, termasuk di AS sendiri.
Pada bulan Desember 2020, Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional the National Academy of Sciences (NAS) menerbitkan sebuah laporan. Di dalamnya tertulis, cedera otak yang diderita pegawai pemerintah AS di Kuba dan Tiongkok, kemungkinan besar disebabkan beberapa bentuk frekuensi energi gelombang mikro terarah.
Mantan ahli kimia di Laboratorium Nasional Los Alamos, Cheryl Rofer, mempertanyakan kesimpulan penelitian NAS. "Bukti efek gelombang mikro dari tipe yang dikategorikan sebagai sindrom Havana, sangat lemah. Tidak ada pendukung ide yang menjelaskan bagaimana senjata itu bekerja. Tidak ada bukti yang ditawarkan bahwa senjata semacam itu dikembangkan oleh negara mana pun," tulisnya pada lama Foreign Policy.
Ulah Russia
Menurut Rofer, klaim luar biasa membutuhkan bukti luar biasa. Sejauh ini, tidak ada bukti yang ditawarkan untuk mendukung keberadaan senjata misterius tersebut. Beberapa pejabat mencurigai badan intelijen militer Russia berada di balik insiden tersebut.
Namun begitu, pemerintah AS belum berani menyalahkan siapa pun. "Sampai sekarang, kami tidak memiliki informasi pasti tentang penyebab insiden ini. Juga terlalu dini serta tidak bertanggung jawab terhadap spekulasi," kata juru bicara National Intelligence, Amanda J. Schoch, seperti dikutip Times.
Para pejabat juga sedang menyelidiki dua insiden yang terjadi dekat Gedung Putih, tidak lama setelah pemilihan presiden pada 2020. Dua anggota Bandan Keamanan Nasional (National Security Agency/NSA) melaporkan gejala yang tiba-tiba melanda di dekat pintu masuk ke lapangan. Peristiwa itu terjadi secara terpisah beberapa pekan dan di gerbang berbeda.
Sejauh ini, banyak peristiwa yang dirahasiakan. Hal ini membuat tugas ilmuwan dalam mengungkap penyebab potensial penyakit lebih sulit. Bahkan yang membuat masalah menjadi lebih rumit, beberapa penderita melaporkan gejala yang tiba-tiba dan sementara.
Beberapa orang lainnya melaporkan mengalami masalah kronis yang berkembang dengan lambat. "Tidak mungkin untuk mengesampingkan penyebab yang berbeda untuk kasus berbeda," tulis Relman.
Central Intelligence Agency (CIA) belum mengungkapkan jumlah personel yang terkena dampak dari gejala misterius tersebut. Wakil Direktur CIA, David Cohen, telah ditugaskan untuk bertemu dengan para korban. Lembaga tersebut juga telah menugaskan lebih banyak tenaga medis untuk menangani kasus-kasus yang dialami stafnya. hay/G-1

Baca Juga: