Dokter Spesialis Mata RS Mata Cicendo, Feti Karfiati Memed, mengatakan mata malas atau ambliopia merupakan salah satu penyebab hilangnya penglihatan. Menurutnya, butuh penanganan sejak dini, agar tidak berdampak buruk pada penglihatan, seperti kebutaan di usia dewasa.
JAKARTA - Dokter Spesialis Mata RS Mata Cicendo, Feti Karfiati Memed, mengatakan mata malas atau ambliopia merupakan salah satu penyebab hilangnya penglihatan. Menurutnya, butuh penanganan sejak dini, agar tidak berdampak buruk pada penglihatan, seperti kebutaan di usia dewasa.
"Hanya anak-anak yang bisa mengalami ambliopia. Jika tidak diterapi pada masa anak-anak, hal ini akan mengakibatkan hilangnya penglihatan secara permanen," ujar Feti dalam konferensi pers Hari Penglihatan Sedunia, yang diakses Rabu (9/10).
Dia menerangkan, mata malas atau ambluopia adalah penurunan perkembangan penglihatan yang terjadi ketika otak tidak menerima rangsangan normal dari mata. Penyebabnya yaitu kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, strabismus atau mata juling, serta kelainan di dalam mata seperti katarak.
"Penyebab paling umum dari hilangnya penglihatan pada orang dewasa usia 20 hingga 70 tahun adalah ambliopia yang tidak diobati dengan baik pada masa anak-anak," jelasnya.
Skrining Bertahap
Feti mengungkapkan, skrining pada bayi baru lahir sebaiknya dilakukan pada usia sekitar 35 bulan, atau usia 0 hingga 2 tahun. Langkah tersebut untuk mengetahui riwayat kesehatan, termasuk masalah mata pada keluarga.
Skrining berikutnya dilakukan pada usia 36 hingga 47 bulan, atau sekitar 3 hingga 4 tahun. Pada usia ini, kata Feti, anak seharusnya mampu mengukur ketajaman penglihatannya dan dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pada baris 20/50 di masing-masing mata.
"Pemeriksaan dilakukan pada jarak 10 kaki (feet) atau 3 meter, dan mata yang tidak diperiksa harus tertutup dengan benar," tuturnya.
Feti menambahkan, Skrining selanjutnya ketika anak berusia di atas 60 bulan atau 5 tahun. Anak diharapkan dapat mengidentifikasi sebagian besar optotipe pada baris 20/30 di setiap mata, dan skrining ulang dianjurkan setiap tahun.
"Pemeriksaan penglihatan pada usia sekolah sebetulnya bisa jadi terlambat karena ambliopia mulai sulit disembuhkan setelah usia 5 tahun. Selain itu, kehilangan penglihatan permanen dapat mulai terjadi jika terapi dilakukan setelah usia 8 hingga 10 tahun," katanya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, mengimbau masyarakat untuk melakukan deteksi lebih dini. Menurutnya, sebagian pembiayaan kesehatan untuk ambliopia atau kasus-kasus anak lainnya akan ditanggung oleh BPJS, jika mereka terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.
"kalau memang kita perlu perkuat guru-guru di sekolah agar dapat memperhatikan anak didiknya. Kalau anak didik duduk pada jarak tertentu tapi tidak bisa baca, ini harus segera dikonsultasikan," ucapnya.