JAKARTA - Studi Angela N Buffenn dengan judul "The impact of strabismus on psychosocial," yang dilakukan pada 2021, melaporkan prevalensi strabismus (atau biasa disebut mata juling) secara global diperkirakan mencapai 1,93 persen. Angka ini menunjukan bahwa setidaknya 148 juta orang di seluruh dunia menyandang strabismus.
Sementara, hasil pemeriksaan mata lengkap terhadap 3.009 anak usia 6-72 bulan di Singapura memperlihatkan bahwa 15 persen di antaranya mengalami strabismus. Gangguan ini terjadi akibat gangguan atau kelemahan pada kontrol otak terhadap otot mata sehingga bola mata tidak berada pada posisi yang sejajar satu sama lain (neuromuscular weakness).
Terjadinya strabismus pada anak juga berisiko pengaruhi perkembangan fungsi penglihatannya. Bahkan, tanpa penanganan yang tepat, penyandang strabismus bisa berisiko terkena mata malas (ambliopia) dan gangguan perkembangan binokularitas yakni gangguan pada pembentukan kemampuan penglihatan tiga dimensi/binokular.
"Penyandang mata juling tidak hanya berisiko terdampak dari sisi kesehatan penglihatannya saja! Strabismus juga memberi impak yang menyulitkan penyandangnya mendapatkan hidup berkualitas. Masyarakat masih melihat penyandang strabismus sebagai kelompok yang 'berbeda," papar Direktur Medik RS Mata JEC @ Kedoya, sekaligus Ketua Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC dan Dokter Subspesialis Konsultan Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K), di Jakarta Sabtu (12/11).
Prasangka, kesalahpahaman, dan perlakuan negatif akibat stigma yang keliru turut meningkatkan tekanan sosial yang sering dialami penyandang strabismusalami. Hal ini berdampak pada gangguan mental pada mereka.
Penelitian Joshua H. Olson, dengan judul "Congenital Esotropia and The Risk of Mental Illness by Early Adulthood" pada 2022 menemukan, penderita mengalami 10 persen lebih tinggi rentan terhadap gangguan psikologis seperti keinginan bunuh diri, depresi, ansietas, fobia sosial, hingga skizofrenia.
Yang menggembirakan pengidap mata juling dapat dilakukan pembenahan dengan cara operasi. Sebelum tindakan dilakukan berupa pengecekan kondisi mata layak atau tidak untuk dioperasi. Selanjutnya dilakukan pembiusan sebelum operasi dilakukan. "Pengerjaannya hanya perlu waktu satu jam dengan waktu penyembuhan antara tiga hingga empat minggu," katanya.
Namun demikian tidak semua mata juling dilakukan operasi. Bagi mereka yang matanya mengalami plus bukan minus dengan menggunakan kacamata bisa membantu mengatasi mata juling yang diidap. "Cukup dengan kacamata bisa membantu sehingga tidak perlu operasi," imbuhnya.
Bakti Sosial
Untuk menormalkan kondisi mata juling, RS Mata JEC @ Kedoya menggagas bakti sosial dengan nama Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC. Tujuannya kegiatan ini untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang strabismus di Indonesia melalui pemberian operasi mata juling gratis kepada 100 pasien. Inisiatif ini diklaim menjadi aksi sosial perdana yang berfokus pada penanganan mata juling di Indonesia.
Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC yang perdana ini, digagas sebagai kepedulian JEC untuk membantu masyarakat penyandang strabismus terutama dari kalangan membutuhkan, agar bisa mendapatkan kembali kualitas hidup mereka. "Selaras dengan tujuan JEC Eye Hospitals and Clinics untuk terus berupaya mewujudkan visi mengoptimalkan penglihatan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia," imbuh Dr. Gusti.
Inisiatif Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC mendapatkan dukungan penuh dari jajaran komisaris, direksi dan karyawan JEC Eye Hospitals & Clinics. Salah satunya dari Dr. Darwan M. Purba, SpM(K) selaku Co-Founder PT NSD/JEC Eye Hospitals and Clinics yang mendonasikan 150 juta rupiah untuk penanganan 100 penyandang mata juling, mulai tahap pemeriksaan, tindakan operasi hingga pemulihan.
"Saya tergerak sepenuh hati untuk berkontribusi sekaligus mengapresiasi gagasan 'Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC'. Saya berharap kian banyak pihak terlibat agar inisiatif ini menjangkau lebih banyak kalangan yang membutuhkan. Lebih dari itu, semoga masyarakat luas juga teredukasi bahwa mata juling bisa ditangani dan diperbaiki," ungkap Dr. Darwan.
Pelaksanaan tindakan operasi terhadap seratus penyandang mata juling dimulai dari 7 hingga 18 November 2023 di Rumah Sakit Mata JEC @ Kedoya. Pelaksanaan tindakan operasi penanganan mata juling memerlukan persiapan secara ekstensif melibatkan para ahli medis yang mumpuni.
"Selain tim spesialis mata strabismus JEC (untuk proses bedah mata), tindakan operasi juga melibatkan tim dokter anestesi JEC bersama tim perawat yang kompeten (pasien harus mendapatkan bius umum). Sejauh ini RS Mata JEC @ Kedoya merupakan salah satu dari 13 faskes di bawah jaringan JEC Eye Hospitals & Clinics, dan telah beroperasi sejak 2012," tuturnya .
Menerapkan pelayanan berstandar internasional, JEC @ Kedoya menjadi rumah sakit mata pertama dan satu-satunya di Indonesia yang meraih akreditasi dari Joint Commission International (JCI) sebanyak tiga kali berturut-turut pada 2014, 2017 dan 2020.
"Implementasi perdana inisiatif sosial 'Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC' tak bisa dilepaskan dari salah satu fasilitas andalan RS JEC @ Kedoya, yaitu Children Eye and Strabismus Center yang menjadi pionir sentra layanan kesehatan mata khusus untuk anak dan mata juling di Indonesia," kata Direktur Utama JEC @ Kedoya.DR. dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K).
Fasilitas Children Eye and Strabismus Center menawarkan penanganan kesehatan mata anak secara komprehensif dengan dilengkapi berbagai fasilitas modern, mulai dari chart mata yang menggunakan gambar (bukan huruf), alat pemeriksaan refraksi khusus anak, hingga autorefraktometer alat yang portable untuk memeriksa anak-anak dengan mudah. Semakin istimewa lagi, Children Eye and Strabismus Center tidak hanya memiliki tim ahli spesialis mata anak, tetapi disertai dokter anak dan psikolog anak.