Judul : Kisah Hidup AJ Fikry
Penulis : Gabrielle Zevin
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan I : Oktober 2017
ISBN : 9786020375816
Halaman : 280 halaman
AJ Fikry (39 tahun) adalah pemilik toko buku "Island Books." Ini satu-satunya toko buku di Pulau Alice, Massachusetts, Amerika Serikat. Selera bacaan AJ fiksi sastra. Dia tidak akan membeli buku dari penerbit yang tidak dapat dijual kembali di tokonya.
Sejak Nicole, istrinya, meninggal, dia kehilangan minat terhadap buku- buku, sehingga penjualan menurun drastis. Saat terpuruk itu, buku Tamerlane yang langka dicuri. Isinya kumpulan puisi karya pertama Edgar Allan Poe, yang berharga lebih dari 400.000 dollar di pasar buku langka (halaman 35). Padahal, AJ sudah berencana untuk pensiun dini dengan menjual buku itu dua tahun lagi, bila kondisi perekonomian sudah lebih baik.
Sadar rencananya tidak mungkin terealisasi, dia mulai bangkit untuk menekuni kembali rutinitas mengelola toko buku. Satu malam, dia menemukan seorang bayi perempuan berusia dua tahun yang ditinggalkan ibunya di lantai toko (halaman 52- 54). Bayi ibu bernama Maya. Ibunya meninggalkan pesan, menginginkan anaknya kelak cerdas tumbuh di antara buku dan dibesarkan orang yang peduli akan buku. AJ merasakan semacam tanggung jawab atas Maya. Dia mencintainya. Meski tidak tahu mengurus bayi, AJ memutuskan mengadopsi Maya. Sejak itu, hidupnya berubah seketika.
Hingga Maya beranjak remaja, AJ menulis banyak catatan berisi kesan pribadinya tentang beberapa buku. Ada juga tulisan sastra yang dibaca untuk putrinya. Saat Maya mewakili SMA Alicetown dan menjadi finalis di kompetisi cerita pendek tingkat wilayah, AJ memuji tulisan Maya. Dia mengingatkan pada buku A Perfect Day for Bananafish karya JD Salinger. Tulisan Maya Perjalanan Menuju Pantai berkisah dari sudut pandang ibu Maya saat meninggalkan putrinya di toko buku, lalu pergi berenang di laut sedingin es dan tidak pernah kembali. Meski tidak menang, tulisan putrinya menunjukkan empati. Itulah ciri khas tulisan hebat ( halaman 200).
Meski karakter AJ kaku, tersinggungan, dan suka membantah, warga Pulau Alice merasakan keterikatan yang kuat dengan Island Books ( halaman 266). AJ tahu bacaan yang sesuai untuk seorang nenek, kepala polisi, para istri, ibu, remaja, hingga anakanak. Berkat toko buku itu, klub-klub pembaca buku tumbuh di Pulau Alice. Sering juga diadakan jumpa pengarang. Mereka yang sebelumnya tidak pandai membaca, menemukan oasis, sehingga jadi gemar membaca.
Menurut AJ, buku digital dengan alat pembaca elektronik akan menghancurkan toko buku. Lebih buruk lagi, membuat berabad-abad budaya baca menurun cepat (halaman 229). Namun hal tersebut tidak terelakkan.
Sejak awal, buku adalah pengikat antartokoh dalam cerita ini. Kebutuhan akan bukulah yang melandasi AJ dan Nic, mendiang istrinya, mendirikan Island Books. Istrinya bilang, "Sebuah tempat tidak sempurna, tanpa toko buku" (halaman 212). Buku juga yang telah mendekatkan A.J. dengan warga Pulau Alice. Dengan buku, A.J. membesarkan Maya, dan menjadikan putrinya seorang kutu buku. Lewat buku pula AJ bertemu Amelia, kekasihnya.
AJ melihat hidup manusia ada di dalam buku-buku. Namun, mereka bukan novel ataupun cerpen. Aakhirnya, AJ menyimpulkan, manusia seperti sebuah kumpulan karya. Tidak ada karya yang sempurna. Berikut renungan AJ di akhir buku, "Kita membaca untuk mengetahui tidak sendirian. Kita membaca karena sendirian. Kita membaca dan tidak sendirian. Kita tidak sendirian."Diresensi Yulina Trihaningsih, S-1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI