Dicky Budiman, Epidemiologi dari Griffith University mengemukakan subvarian Omicron BA.2 dan BA.5 yang kini tengah terdeteksi di Indonesia, berpeluang memicu gelombang kasus Covid-19.

Menurut Dicky, gelombang Covid-19 dapat terjadi karena kemampuan kedua subvarian itu untuk menginfeksi manusia dengan sangat mudah.

"Kalau tidak ada upaya yang memadai, misalnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dicabut, vaksinasi buruk, perilaku masyarakat memakai masker juga buruk, itu dalam dua pekan bisa dominan dan bisa menyebabkan gelombang baru," kata Dicky Budiman kepada Antara, pada Senin (13/6).

Dicky menuturkan subvarian BA.4 dan BA.5 merupakan turunan dari Varian of Concern (VoC) Omicron yang kini sudah menyebar di 40 lebih negara di dunia, termasuk mutasi L.452 Delta.

Kata Dicky, mutasi itu membuat BA.4 dan BA.5 mudah sekali menginfeksi manusia, termasuk bagi mereka yang telah menerima dosis lengkap bahkan yang sudah pernah terinfeksi BA.1, BA.2, dan BA.

Seperti yang dikatakan Antara, kemampuan reinfeksi itu disebabkan oleh turunan dari mutasi Delta L.452 yang dengan mudah mengikat reseptor angiotensin converting enzyme (Ace 2) yang ada di banyak sel tubuh organ manusia, khususnya sel paru-paru.

"Dengan adanya kemampuan BA.4 dan BA.5 bisa menyiasati deteksi dari antibodi, baik dari terinfeksi maupun antibodi dari vaksinasi, maka pertumbuhan perkembangan kasusnya di kisaran 12 sampai 13 persen," katanya.

Dicky menjelaskan, proyeksi pertumbuhan kasus itu berpotensi memicu gelombang infeksi Covid-19 dalam hitungan pekan atau bulan. Namun, Dicky meyakini tidak ada peningkatan keparahan terhadap pasien yang tertular.

Sementara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikinmenuturkan puncak penyebaran infeksi Covid-19 varian Omicron BA.4 dan BA.5 kemungkinan akan terlihat pada pekan kedua hingga ketiga Juli mendatang. Menurut Budi, prediksi itu didasarkan pada pola puncak penyebaran yang terjadi satu bulan usai kasus pertama ditemukan.

"Pengamatan kami gelombang BA.4 dan BA.5 biasanya puncaknya tercapai sebulan setelah penemuan kasus pertama. Jadi harusnya di minggu ke 2-3 Juli kita akan lihat puncak kasus dari BA.4 dan BA.5 ini," kata Budi dalam konferensi pers, pada Senin (13/6).

Walaupun begitu, Budi meyakini kenaikan kasus di puncak penyebaran tidak akan melonjak secara signifikan, terlebih apabila masyarakat selalu patuh protokol kesehatan dan mendapatkan vaksinasi hingga booster.

Baca Juga: