JAKARTA - Pelaku industri maskapai mengakui kondisi saat ini sangat berat. Di satu sisi, harus menyeimbangkan antara kebutuhan dan arus kas (cashflow), namun di sisi lain juga harus mempertahankan diri untuk bisa tetap eksis.

"Tantangan ini yang paling berat dihadapi oleh Garuda Indonesia, di satu sisi bila dibayarkan bahwa structure cost daripada Garuda Indonesia itu umumnya adalah fixed cost tentu harus dibiayai dari pendapatan," ungkap Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia Dony Oskaria di Jakarta, Rabu (8/7).

Dony menuturkan BUMN itu tidak bisa serta merta menaikkan tarif karena ada ketentuan tarif batas atas. Namun, peluang di bidang lain tetap akan disasar perusahaan untuk bisa bertahan di masa pandemi.

"Kami juga siap kerja sama dan memberikan peluang kerja sama tidak hanya dengan tiket dan UMKM, tapi kita mengharapkan bisa dengan bidang usaha masing-masing. Kita memprioritaskan keberpihakan oleh pemerintah dalam rangka menambah jumlah pengusaha di Indonesia," ujar Dony.

Sebelumnya, Direktur Utama Maskapai Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyebut sinyal kebangkrutan maskapai nasional akibat pandemi Covid-19.

Menurutnya, kondisi tersebut sudah dialami lebih dulu oleh maskapai di sejumlah negara.

Keengganan masyarakat bepergian akibat pandemi Covid-19 ditengarai menjadi salah satu penyebab lesunya industri penerbangan saat ini. Selain masih tingginya angka kasus baru positif di Tanah Air, penerapan protokol kesehatan yang ketat membuat tingkat keterisian rendah. Padahal, biaya operasional perusahaan masih besar.

Segera Bangkit


Meski demikian, industri penerbangan diyakini akan bangkit kembali dari keterpurukan pada semester kedua ini.
Hal itu seiring diterbitkannya SE : No.09/2020 dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada akhir Juni lalu yang mengatur persyaratan rapid test dan PCR test berlaku 14 hari bagi penumpang pesawat udara pada saat keberangkatan.

Direktur Utama PT Angkasa Pura (AP) I (Persero), Faik Fahmi mengatakan, selama periode 1-7 Juli 2020, pihaknya mercatat 227.642 penumpang (berangkat-pergi), 3.869 pergerakan pesawat, dan kargo sebesar 7,21 juta kg di 15 bandara yang dikelola. Jumlah trafik penumpang pada periode ini lebih besar dibanding trafik pada periode 1-15 Juni 2020 yang hanya mencapai 222.040 penumpang.

"Dalam periode ini, Bandara Juanda Surabaya tercatat menjadi yang tertinggi melayani penumpang dengan 56.268 penumpang, 723 pergerakan pesawat, dan angkutan kargo sebesar 816.772 kg," kata Faik dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/7).

mza/Ant/E-10

Baca Juga: