KOLOMBO - Presiden baru Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan pada Minggu (31/7), ini bukan waktu yang tepat bagi Gotabaya Rajapaksa untuk kembali ke negaranya. Kembalinya sang mantan presiden dinilai bisa memanaskan tensi politik, surat kabar the Wall Street Journal melaporkan, seperti dikutip The Straits Times, Senin (1/8).

"Saya rasa ini bukan waktu yang pas untuknya kembali," kata Wickremesinghe dalam wawancara dengan WSJ. "Tak ada indikasi ia akan kembali dalam waktu dekat."

Rajapaksa melarikan diri dari negaranya pada 13 Juli dan menyerahkan kekuasaanya dari Singapura setelah ribuan pengunjuk rasa menuntutnya mundur.

Berhari-hari kemudian, Wickremesinghe memenangkan suara di parlemen untuk menduduki posisi presiden baru menggantikan Rajapaksa.

Wickremesinghe tetap melakukan kontak dengan Rajapaksa untuk masalah serah terima administrasi dan masalah pemerintahan lain," menurut WSJ.

Krisis telah memukul negara yang sedang bernegosiasi dengan IMF terkait paket bailout itu. April lalu, pembayaran utang luar negeri yang ditangguhkan Sri Lanka sekitar 12 miliar dolar AS dan akhir tahun ini, pembayarannya nyaris 21 miliar dolar AS.

Ia berharap kesepakatan dengan IMF dapat dicapai akhir Agustus nanti. Sri Lanka harus menjamin lebih dari 3 miliar dolar AS dari sumber lain pada tahun depan untuk mendukung impor penting termasuk minyak, pangan, dan pupuk.

Perlu berbulan-bulan sebelum situasi ekonomi Sri Lanka menunjukkan perbaikan, katanya.

Baca Juga: