Pertumbuhan sektor manufaktur tak hanya berperan sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi, tetapi juga meningkatkan lapangan kerja dan kesejahteraan masyarakat.

JAKARTA - Sektor industri manufaktur dinilai sangat strategis untuk mendorong perekonomian Indonesia tumbuh lebih tinggi dan berkelanjutan. Selain bisa lolos dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap, optimalisasi industri manufaktur dapat membantu RI bertransformasi menjadi negara maju berpendapatan tinggi atau high income country.

"Pertumbuhan sektor manufaktur tidak hanya berperan sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi, namun juga memainkan peran penting untuk meningkatkan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo, dalam seminar internasional bertajuk Structural Transformation through Manufacturing Sector Development for High and Sustainable Economic Growth di Jakarta, Senin (12/8).

Sementara itu, Sir Mike Gregory dari University of Cambridge yang jadi pembicara, menyampaikan pengembangan manufaktur perlu dilakukan secara terintegrasi dengan pendekatan end to end dan Indonesia memiliki kesempatan untuk melakukan itu.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) sepanjang triwulan kedua 2019 mencatatkan pertumbuhan 3,62 persen atau melambat dibandingkan triwulan pertama yang mencapai 4,45 persen. Secara tahunan produksi IBS yang tumbuh paling tinggi yaitu sektor industri pakaian jadi sebesar 25,79 persen.

Sementara secara triwulanan, adalah jasa reparasi dan pemasangan mesin serta peralatan, yakni 9,55 persen. Pembicara lainnya, Doddy Rahadi dari Kementerian Perindustrian menekankan strategi Making Indonesia 4.0 dengan meningkatan produktivitas dan daya saing pada lima industri prioritas, yakni industri makanan dan minuman, industri otomotif, industri elektronik, industri kimia, serta industri tekstil dan produk tekstil.

Sinergi Kebijakan

Sedangkan Raden Edi Prio Pambudi dari Kemenko Perekonomian, menyampaikan perlunya sinergi dan sinkronisasi antarpemangku kebijakan dalam menyusun strategi kebijakan penguatan industri manufaktur melalui picking the winner sektor prioritas, perbaikan iklim investasi, pembangunan infrastruktur dan konektivitas, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Panelis lainnya, Rofyanto Kurniawan dari Badan Kebijakan Fiskal - Kementerian Keuangan menyampaikan Pemerintah konsisten mendukung peningkatan ekspor, investasi, dan daya saing industri melalui pemberian insentif fiskal dan skema inisiatif pajak, antara lain bagi industri yang mendukung pendidikan vokasi serta penelitian dan pengembangan.

Sebagai informasi, seminar tersebut merupakan rangkaian awal kegiatan Rapat Koordinasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia (Rakorpusda) yang akan diselenggarakan pada awal September 2019. Kegiatan tersebut juga menekankan pada dua tujuan utama.

Pertama, untuk meningkatkan sinergi di antara para pemangku kebijakan, pelaku sektor manufaktur, dan publik tentang penguatan peran sektor manufaktur untuk mendukung transformasi struktur ekonomi. Kedua, membahas peta jalan strategi pengembangan industri manufaktur Indonesia secara bertahap dan terintegrasi.

bud/E-10

Baca Juga: