Jakarta - Membanggakan. sejumllah perusahaan terkemuka Indonesia turut berpartisipasi dalam pameran bisnisAfrica's Big 7yang berlangsung di Gallagher Convention Center, Johannesburg, Afrika Selatan, pada 18-20 Juni 2023.
Keikutsertaan para pelaku usaha dari Tanah Air dalam gelaran bisnis tahunan itu diapresiasi oleh Kuasa Usaha ad Interim KBRI Pretoria Victor Josef Sambuaga, ketika menyampaikan sambutan pembukaan Paviliun Indonesia di pameran tersebut.
"Saya sangat bersyukur dan menghargai upaya perusahaan-perusahaan ini dalam mendukung tujuan utama kita bersama, yaitu membuka pasar baru dan meningkatkan akses pasar serta mempromosikan produk Indonesia di Afrika Selatan guna meningkatkan hubungan perdagangan antara kedua negara," kata dia, seperti disampaikan melalui keterangan tertulis KBRI Pretoria, Senin.
Victor lebih lanjut menjelaskan bahwa tantangan penetrasi produk Indonesia ke pasar Afrika Selatan dan negara sekitarnya tidak mudah karena, berbeda dengan produk negara-negara asal benua Eropa dan negara-negara lainnya yang dikenakan biaya relatif lebih rendah, produk Indonesia masih dikenakan tarif yang cukup tinggi.
"Sebuah tantangan, tentu, bagi produk Indonesia untuk memasuki pasar karena pemerintah Afrika Selatan masih memberlakukan tarif yang relatif tinggi sekitar 0-30 persen untuk produk makanan," ujar dia.
Kepala Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (ITPC) Johannesburg Tonny Hendriawan menyampaikan bahwa kinerja perdagangan Indonesia dengan Afrika Selatan pada periode 2020-2022 menunjukkan tren positif, walaupun pada periode Januari-April 2023 angkanya masih cenderung stagnan.
Total perdagangan antara kedua negara meningkat 60,6 persen dari 1,3 miliar dolar AS (sekitar Rp19,5 triliun) pada 2020 menjadi 3,25 miliar dolar AS (sekitar Rp48,8 triliun) pada 2022, yang didukung dengan peningkatan nilai ekspor sebesar 38,07 persen.
Sementara kinerja ekspor Indonesia ke Afrika Selatan pada periode Januari-April 2023 masih relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2022 dari 330 juta dolar AS (hampir Rp5 triliun) menjadi 294 juta dolar AS (sekitar Rp4,4 triliun).
Namun, secara umum neraca perdagangan Indonesia-Afrika Selatan pada periode Januari-April 2023 nilainya telah mencapai 554 juta dolar AS (sekitar Rp8,3 triliun).
Tonny menjelaskan bahwa ekspor produk makanan olahan Indonesia ke Afrika Selatan dalam dua tahun terakhir masih harus terus dioptimalkan karena nilainya masih di bawah potensi pasar yang seharusnya bisa dicapai.
Pada 2021, nilai ekspor produk makanan olahan Indonesia ke Afrika Selatan mencapai 429 ribu dolar AS (sekitar Rp6,4 miliar), sementara pada 2022 mencapai320 ribu dolar AS (sekitar Rp4,8 miliar).
Untuk produk minuman tercatat kenaikan ekspor sebesar 37 persen dari 22,9 ribu dolar AS (sekitar Rp343,6 juta) pada 2021 menjadi 31,5 ribu dolar AS (sekitar Rp472,7 juta) pada 2022.
Melihat tren dalam dua tahun terakhir dalam hal ekspor makanan olahan dan minuman ke Afrika Selatan, Tonny berharap beragam produk Indonesia yang hadir di pameranAfrica's Big 7kali ini dapat meningkatkan pangsa pasar produk dan menjadi peluang bisnis guna perluasan pasar di Afrika Selatan dan negara-negara di sekitarnya.
"Banyak tantangan untuk penetrasi produk Indonesia, di antaranya adalah masalah besarnya tarif masuk serta pentingnya mempelajari perilaku konsumen lokal, juga kompetitor lokal dan dari negara-negara lain. Namun, kami optimistis produk-produk Indonesia akan tetap memiliki peluang dan potensi untuk memasuki pasar ini karena beberapa produk makanan dari Indonesia telah masuk di Afrika Selatan," ujar dia.
Africa's Big 7adalah ajang pameran bisnis tahunan yang diselenggarakan di Kota Metropolitan Afrika Selatan, Johannesburg.
Kurang lebih 3.500 pelaku bisnis, mulai dari makanan dan minuman, katering, ritel, perhotelan, olahraga, serta tekstil dari 37 negara tercatat hadir pada dalam acara yang pada tahun 2023 memasuki edisinya yang ke-20.