Sebuah perusahaan asal Jerman bernama BayWa re pada bulan Mei mendatang akan mulai menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung. PLTS tersebut telah dibangun di atas danau bekas tambang.

PLTS tersebut dinilai akan menghemat 1.100 ton emisi karbondioksida per tahunnya. Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan jumlah listrik yang sama yang dihasilkan dari bahan bakar fosil.

PLTS tersebut dibangun dengan teknologi terbarukan yang dipasang secara cepat. Pembangunan dan penggunaan PLTS tersebut merupakan salah satu langkah yang dinilai mampu membantu menghentikan ketergantungan Jerman dalam mengimpor bahan bakar fosil dari Rusia.

Perusahaan tersebut mengatkan pada Senin (11/4), pembangkit fotovoltaik (PV) di Quartzwerke milik keluarga yang berada di kota Haltern am See di Jerman Barat akan menyediakan daya mencapai sebesar 3 megawatt (MW). Jumlah tersebut setara dengan turbin angin darat pada umumnya.

Dilansir dari Reuters, PLTS ini mempunyai 5.800 modul pada 360 elemen yang mengambang. PLTS ini juga direncanakan akan mulai beroperasi pada 24 Mei mendatang.

Pembangkit listrik tenaga surya tersebut hadir ketika Jerman tengah berusaha menemukan sumber energi alternatif yang mampu menghentikan ketergantungannya pada minyak dan gas (migas) Rusia. Ini seiring serangan yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina sejak 24 Februari lalu.

Kepala Manajemen produk PV terapung di BayWa re, Toni Weigl mengatakan, Jerman bisa menampung sekitar 20 gigawatt (GW) energi surya terapung.

"Sistem PLTS terapung ramah lingkungan dan memiliki keunggulan dalam pemasangan yang lebih sederhana dan cepat," kata Toni Weigl, dikutip Senin (18/4).

Baca Juga: