WASHINGTON - Mantan panglima Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) 2009 - 2013, Laksamana James Stavridis, baru-baru ini mengatakan Tiongkok belum siap melawan AS dalam 10 tahun ke depan.

"Tiongkok, menurut perkiraan saya, tidak akan siap menghadapi AS dengan cara yang sangat matang dalam waktu sekitar 10 tahun," kata Stavridis dalam sebuah wawancara di The Michael Medved Show.

Dilansir oleh Business Insider, menurut purnawirawan Laksamana Angkatan Laut AS ini, sekutu AS seperti Jepang dan Korea Selatan akan membantu jika perang pecah.

"Jika kita berakhir berperang dengan Tiongkok, maka yang terlibat bukan hanya AS dan Tiongkok saja," katanya.

Pada tahun 2021, Stavridis ikut menulis novel berjudul " 2034: Novel Perang Dunia Berikutnya ." Buku tersebut merupakan kisah fiksi tentang perang antara AS dan Tiongkok terkait Laut Tiongkok Selatan.

Stavridis memberikan penilaiannya terhadap kemampuan militer Tiongkok ketika ditanya apakah perang AS-Tiongkok akan pecah sebelum tahun 2034.

"Meskipun Tiongkok sedang membangun armada besar-besaran, meskipun mereka bertindak sangat agresif, mereka belum siap mengerahkan semua yang mereka perlukan untuk menghadapi Armada Pasifik AS," ungkapnya

Institut Angkatan Laut AS melaporkan pada tahun 2021, Tiongkok memiliki angkatan laut terbesar di dunia, dengan lebih dari 355 kapal dalam armadanya. Pada bulan Juli, bocoran intelijen Angkatan Laut AS mengungkapkan bahwa kapasitas pembuatan kapal Tiongkok 232 kali lebih besar dibandingkan AS.

Namun hal ini, menurut Stavridis, tidak akan berpengaruh mengingat kekuatan aliansi militer AS.

"Jika kita berperang dengan Tiongkok, maka yang terjadi bukan hanya AS dan Tiongkok. Kita mempunyai sekutu perjanjian yang bersumpah untuk datang dan menjadi bagian dari kampanye militer seperti itu. Itu adalah Jepang, Korea Selatan, Filipina , Australia, Selandia Baru," kata Stavridis.

"Jadi, itu adalah daya tembak yang besar jika Anda menggabungkan semuanya," lanjutnya.

Stavridis mengatakan kepada Medved bahwa pencegahan seperti itu akan memberi AS "sedikit waktu tenggang" untuk lebih memperkuat militernya sambil meredakan ketegangan bilateral melalui diplomasi.

Pernyataan Stavridis muncul setelah satu tahun hubungan buruk antara AS dan Tiongkok. Beberapa persinggungan militer yang menegangkan telah terjadi antara kedua negara.

Pada bulan Februari, militer AS menembak jatuh balon pengintai Tiongkok setelah terbang di atas benua AS. Kemudian pada bulan Mei, terjadi konfrontasi antara jet Tiongkok dan pesawat mata-mata AS di Laut Tiongkok Selatan.

"Kami mendesak pihak-pihak terkait untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin, berhenti mengobarkan konfrontasi antara Tiongkok dan AS, dan melakukan lebih banyak hal yang kondusif untuk meningkatkan rasa saling percaya antara kedua negara dan persahabatan antara kedua bangsa," kata Liu Pengyu, juru bicara untuk Kedutaan Besar Tiongkok di AS, dalam sebuah pernyataan kepada Newsweek tentang komentar Stavridis.

Baca Juga: