Peningkatkan rasio elektrifikasi harus sejalan dengan optimalisasi pemanfaatan energi hijau, terlebih lagi di wilayah Indonesia Timur sumber energi hijau berlimpah.

JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) tahun ini akan fokus meningkatkan rasio elektrifikasi nasional di wilayah Indonesia Timur. Di sisi lain, pemerhati energi meminta pemerintah bersama BUMN Ketenagalistrikan itu memanfaatkan keunggulan sumber energi baru dan terbarukan (EBT) di wilayah Timur Indonesia.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyampaikan wilayah yang bakal menjadi prioritas PLN adalah daerah remote. Karena itu, pada 2025, seluruh rakyat di Indonesia diharapkan bisa menikmati listrik 24 jam.

Ke depan, lanjutnya, PLN akan terus mendorong peningkatan rasio desa berlistrik. Harapannya, kehadiran listrik di desa-desa 3T bisa membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah.

"Kami akan terus melistriki seluruh Indonesia. Kita bangun energi domestik dengan memanfaatkan potensi Tanah Air sehingga memberikan nilai tambah untuk bangsa. Listrik adalah jantung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hadirnya listrik mampu mendorong geliat ekonomi masyarakat, industri dan sektor bisnis," tambah Darmawan di Jakarta, Rabu (4/1).

Lanjut Darmawan, dalam pembangunan infrastruktur untuk daerah 3T (terdepan, terpencil dan tertinggal) ini, PLN juga bersinergi dengan pemerintah daerah (pemda) setempat dan stakeholder terkait.

"Jadi, ini tugas dan tanggung jawab kita semua demi kemakmuran seluruh masyarakat. Untuk itu, kehadiran listrik ini juga akan diiringi dengan penyediaan air bersih, kesehatan, pendidikan sehingga bisa memberikan multiplier effect demi kemakmuran seluruh rakyat Indonesia," ucapnya.

Pada tahuh lalu, PLN bersama pemerintah meningkatkan rasio desa berlistrik menjadi 99,78 persen sampai November 2022 dengan total jumlah desa yang telah dilistriki sebanyak 83.280.

Jumlah desa berlistrik ini terus mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya, pada 2021 rasio desa berlistrik sebesar 99,65 persen dengan jumlah 83.148 desa, dan pada 2020 sebesar 99,56 persen dengan jumlah 83.072 desa. Dari jumlah desa yang telah dilistriki itu, 75.936 merupakan listrik dari PLN, 4.404 listrik mandiri, dan 2.940 berasal dari lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE).

Peneliti Energi Alpha Research Data Base Indonesia, Ferdi Hasiman berharap pemerintah harus benar-benar serius memanfaatkan energi hijau. Di Indonesia Timur, kata dia, sumber energi hijau (EBT) melimpah, namun selama ini belum digarap dengan maksimal.

"Di sana (Indonesia Timur), sumber energi suryanya melimpah, begitu juga energi hijau lainnya. Sayang jika tidak dioptimalkan. Peningkatkan rasio elektrifikasi harus sejalan dengan peningkatan pemanfaatan energi hijau Pemerintah harus benar benar fokus," tegas Ferdi kepada Koran Jakarta, Kamis (5/1).

Bangun PLTMH

Sebagai bentuk dukungan pemanfaatan EBT, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengaku akhir tahun lalu meninjau langsung Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Kali Ombak di Kampung Seni Raya, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat.

Baca Juga: