Manchester City untuk pertama kalinya ke final Liga Champions dan berpeluang untuk meraih "treble winners".
MANCHESTER - Keberhasilan melaju ke final Liga Champions untuk pertama kalinya bagi Manchester City merupakan buah dari kerja keras dan perjuangan selama lima tahun terakhir.
Hal itu diungkap Pep Guardiola setelah dua gol Riyad Mahrez memastikan City mengalahkan Paris Saint-Germain (PSG) 2-0 pada laga leg kedua semifinal Liga Champions di Etihad, Manchester, Rabu (5/5) dini hari WIB. Secara keseluruhan, City unggul agregat 4-1.
City akan berusaha memastikan gelar Liga Inggris ketiga dalam empat musim terakhir dalam beberapa hari mendatang. Capaian itu membuat City tetap di jalur untuk meraih treble winners setelah sebelumnya mengangkat trofiPiala Liga.
Padaempat musim sebelumnya di pentas Liga Champions di bawah asuhanGuardiola, langkah Cityberakhir dengan kesedihan sebelum tahap semifinal. Guardiola telah memenangkan kompetisi dua kali sebelumnya sebagai pelatih saat membesut Barcelona.
Namun, pelatih asal Catalan itu mengalami kekecewaan selama satu dekade di kompetisi klub utama Eropa sejak meninggalkan Barcelona. "Ini untuk kami semua dan klub. Saya sangat bangga," ujar Guardiola. "Mencapai final sekarang masuk akal dengan apa yang telah kami lakukan dalam empat atau lima tahun terakhir. Setiap hari orang-orang ini konsisten dan ini luar biasa," sambungnya.
Setelah satu dekade kecewa, Pep Guardiola kembali ke final Liga Champions dan hanya tinggal satu pertandingan lagi untuk menjadikan Manchester City juara Eropa untuk pertama kalinya.
Mahrez yang lahir dan besar di Paris, mencetak dua gol untuk memastikan kemenangan City pada leg kedua. PSG bermain dengan 10 orang setelah kartu merah yang diterima Angel di Maria karena pelanggaran terhadap Fernandinho. Itu mengakhiri harapan PSG untuk bisa mengejar ketertinggalan agregat.
Final Liga Champions pertama untuk City adalah puncak dari kebangkitan klub sejak pengambilalihan oleh investor asalAbu Dhabi pada tahun 2008. Pernah dijuluki "tetangga berisik" oleh mantan pelatih legendaris Manchester United Alex Ferguson, City kini bukan hanya menjadi kekuatan dominan di Manchester tetapi juga di sepak bola Inggris.
Sejak tahun pertama yang sulit di Inggris, Guardiola telah membawa City meraih empat trofi Piala Liga, satu trofiPiala FA, dan di ambang gelar Liga Inggris ketiga dalam empat musim terakhir. Namun, hingga kini, kesuksesan domestik itu selalu datang dengan kegagalan di Liga Champions.
Meski Guardiola memenangkan kompetisi dua kali sebelumnya sebagai pelatih Barcelona, dia gagal sejak 2011. City bahkan tidak berkembang melampaui babak delapan besar dalam empat musim pertamanya sebagai pelatih.
Itu adalah cerita serupa untuk Guardiola dalam tiga tahun di Bayern Munich antara 2013 hingga 2016. Saat itu Bayern yang meraih tiga gelar Bundesliga terhenti pada tiga pertandingan semifinal oleh lawandariSpanyol.
Jika berhasil menangkan satu pertandingan lagi pada 29 Mei nanti, Guardiola akan menjadi salah satu dari tiga pelatih lainnya - Bob Paisley, Carlo Ancelotti, dan Zinedine Zidane - yang memenangkan trofi kompetisi antarklub Eropa itu tiga kali.
Dengan sudah 25 trofi utama atas namanya yang diukir hanya dalam 12 musim menangani Barcelona, Bayern, dan City, pelatihberusia 50 tahun ini dapat membungkam setiap orang yang meragukannya. Dia kini memiliki kesempatan memperkuat statusnya sebagai salah satu pelatih terhebat sepanjang masa dengan kemenangan di Istanbul.
Pochettino Kecewa
Pelatih Mauricio Pochettino mengatakan tim asuhannya pantas mendapatkan yang lebih baik. Sayangnya, PSGkesulitan untuk menjebol pertahanan City yang tampil tanpa Kylian Mbappe akibat cedera.
"Saya pikir jika menganalisis dua pertandingan, kami mendominasi atas tim yang sangat sulit untuk didominasi, tetapi terkadang membutuhkan persentase keberuntungan untuk mencetak gol di momen-momen penting," ujar Pochettino.
Pochettino, yang menggantikan Thomas Tuchel pada Januari, berusaha mengambil sisi positif dengan PSG masih bersaing untuk gelar Ligue 1 dan Piala Prancis. ben/AFP
