SINGAPURA - Presiden Singapura, Tharman Shanmugaratnam, pada hari Kamis (17/10), mengatakan banyak negara cenderung menganggap ketahanan air sebagai isu lokal, tetapi sebenarnya isu ini bersifat global dan pemerintah perlu mulai mengatasi krisis air secara multilateral.
Dikutip dari The Straits Times, bukan hanya sungai dan danau, aliran air yang terlihat, yang melintasi batas negara. Karena air yang tersimpan di tanah dan hutan serta dilepaskan kembali ke atmosfer juga mengatur siklus air, penggundulan hutan di satu negara dapat memengaruhi curah hujan dan ketersediaan air di wilayah lain. Sekitar setengah dari curah hujan di daratan berasal dari air hijau ini.
"Di sini, di Asia Tenggara, kami menerima uap air dari Australia dan Selandia Baru, bukan dari tetangga dekat. Mereka sangat jauh, dan pada gilirannya Asia Tenggara dan Asia Selatan mengirimkan uap air melalui atmosfer ke Tiongkok dan Asia Timur Laut," terang Tharman.
Ia menambahkan basalah urus air secara global melalui degradasi lahan basah, penggundulan hutan dan praktik penggunaan lahan lainnya akan dapat memperburuk perubahan iklim.
Tharman berpidato pada peluncuran laporan penting oleh Komisi Global tentang Ekonomi Air, di mana ia merupakan salah satu dari empat orang wakil ketua.
Komisi ini diluncurkan pada tahun 2022 dengan mandat dua tahun untuk membawa perspektif baru tentang ekonomi air dan mengubah cara pengelolaan air.
Produksi Pangan
Dirilis pada 17 Oktober 2024, laporan tersebut meningkatkan peringatan tentang krisis air global dan konsekuensi ekonomi yang lebih besar yang dapat ditimbulkannya. Ditemukan krisis air membahayakan lebih dari separuh produksi pangan dunia pada tahun 2050.
Krisis ini juga akan mengancam produk domestik bruto negara-negara pada pertengahan abad ini, kerugian rata-rata sebesar 8 persen, dengan kerugian sebesar 15 persen di negara-negara berpendapatan rendah.
"Meskipun kelangkaan air tampak sebagai masalah sumber daya lokal, air merupakan barang umum global, dan hal itu memerlukan mekanisme multilateral dan kerja sama antarnegara," kata Tharman, saat berbicara di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew.
"Saya rasa hal itu dapat dicapai. Dalam hal air, hal itu lebih dapat dicapai dibandingkan dengan beberapa bidang sulit lainnya yang memerlukan koordinasi global. Multilateralisme memang lemah, tetapi belum mati," kata Tharman.