Candi Borobudur menjadi magnet yang mampu menyedot wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke candi Buddha terbesar di dunia tersebut. Masyarakat di sekitar Taman Wisata Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terus bergeliat untuk memanfaatkan peluang tersebut karena mereka tidak ingin hanya menjadi penonton.

Berdasarkan catatan, setiap tahun, Candi Borobudur dikunjungi sekitar 300 ribu wisatawan mancanegara dan empat juta wisatawan Nusantara. Pariwisata berbasis masyarakat merupakan peluang untuk menggerakkan segenap potensi dan dinamika masyarakat guna mengimbangi peran pelaku usaha pariwisata skala besar.

Salah satu kelompok masyarakat yang memanfaatkan keberadaan Candi Borobudur yang selalu dikunjungi wisatawan tersebut adalah warga Dusun Ngaran II, Desa Borobudur, yang lokasinya tidak jauh dari Taman Wisata Candi Borobudur, yakni berada di sebelah selatan candi. Warga dusun ini menyediakan homestay, menyewakan beberapa kamar kepada wisatawan untuk bermalam dengan harga sangat terjangkau.

Guna menjalin kebersamaan dan koordinasi di antara pengelola homestay di dusun tersebut, mereka membentuk perkumpulan Kampung Homestay Borobudur yang kini memiliki 25 anggota dengan jumlah kamar 75 unit. Kampung Homestay Borobudur, yang diinisiasi oleh masyarakat sekitar Candi Borobudur, berupaya hadir dan mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan pengembangan Candi Borobudur sebagai destinasi dunia.

Potensi Kampung Homestay Borobudur bersinergi dengan desa wisata di sekitar Candi Borobudur sangat menjanjikan. Desa wisata memiliki keindahan alam suasana pedesaan yang masih asri. Keramahan penduduk dan tradisi masyarakat serta aktivitas pekerjaan sehari-hari dapat menarik wisatawan untuk tinggal lebih lama di Borobudur dengan menginap di rumah-rumah warga yang berada dalam naungan Kampung Homestay Borobudur.

Sejahterakan Masyarakat

Keberadaan Kampung Homestay Borobudur memerlukan kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak, baik wisatawan, pemerintah, industri pariwisata maupun seluruh stakeholder penikmat wisata. Oleh karena itu, kepedulian wisatawan yang berkenan berkunjung dan menginap serta tinggal di Kampung Homestay Borobudur telah ikut andil dalam memberdayakan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mewujudkan kemandirian rakyat.

Pemilik homestay, Muslich, mengatakan Kampung Homestay Borobudur merupakan perwujudan sumbangsih masyarakat yang bermukim di sekitar Candi Borobudur dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan pengembangan Borobudur sebagai tujuan wisata yang saat ini perkembangannya begitu cepat.

Sekarang banyak ditemukan wisatawan yang memilih tinggal di rumah penduduk atau homestay. Hal itu, tambah Muslich, sejalan dengan pergeseran minat wisatawan yang lebih menyukai pariwisata berbasis pengembangan dengan mengutamakan interaksi sosial atau berkomunikasi dengan warga, mempelajari nilai-nilai budaya.

"Kampung Homestay Borobudur hadir dan menjawab kebutuhan minat wisatawan pada saat ini. Kampung Homestay Borobudur telah bersinergi dengan berbagai komunitas, antara lain mobil VW, sepeda ontel, andong, out bond, rafting yang semua itu untuk menyediakan jasa pelayanan bagi pengunjung grup maupun keluarga," kata Muslich.

Muslich menyebutkan harga sewa homestay bervariasi dari 75.000 rupiah hingga 600 ribu rupiah per kamar. Kalau wisatawan ingin sewa per unit rumah dengan harga 300 ribu rupiah hingga 1,5 juta rupiah per rumah.

"Perbedaan harga sewa tergantung dari fasilitas yang tersedia, di homestay kami sudah ada fasilitas AC, air panas untuk harga yang lebih mahal. Sedangkan dengan fasilitas fan dan televisi harganya cukup murah sekitar 300 ribu rupiah sudah mendapatkan dua kamar plus minum teh, kopi dan makanan kecil," kata Muslich.

Ia mengatakan Kampung Homestay Borobudur ini juga memiliki website www.kampunghomestayborobudur.com untuk mempermudah akses masyarakat dalam melakukan pemesanan layanan. Tingkat hunian homestay pada saat low season sekiar 40 persen, pada high season 100 persen, terutama pada bulan akhir tahun dan tahun baru, Waisak, Idul Fitri, dan libur sekolah. Wisatawan yang menginap di homestay selama ini 70 persen merupakan wisatawan mancanegara dan 30 persen wisnus.

Bupati Magelang, Zaenal Arifin mengatakan Kampung Homestay Borobudur ini merupakan salah satu wujud pembangunan pariwisata berbasis masyarakat. Di tengah kunjungan Presiden Joko Widodo beberapa hari lalu ke Magelang, Pemkab Magelang terus mendorong pembangunan homestay, karena hal ini merupakan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.

n SM/Ant/N-3

Baca Juga: