JAKARTA - Taliban melarang perempuan Afghanistan mengunjungi taman publik dan pekan raya di ibukota, hanya beberapa bulan setelah memerintahkan akses harus dipisah berdasarkan gender.

Aturan baru yang diperkenalkan minggu ini makin mempersempit gerak perempuan di ruang publik. Perempuan Afgahnistan telah dilarang melakukan perjalanan tanpa pendamping laki-laki dan dipaksa untuk mengenakan hijab atau burqa kapanpun di luar rumah.

Sekolah untuk remaja putri ditutup selama lebih dari satu tahun di seluruh negeri itu.

"Selama 15 bulan terakhir, kami melakukan yang terbaik, mencoba mengatur dan memilah - dan bahkan di hari-hari khusus," kata Mohammad Akif Sadeq Mohajir, juru bicara Kementerian Pencegahan Keburukan dan Promosi Kebajikan.

"Namun tetap saja, di beberapa tempat - faktanya, kami harus katakan di beberapa tempat - aturan-aturan itu dilanggar," kata Mohajir kepada AFP, Rabu (9/11).

"Ada pembauran (perempuan dan laki-laki), hijab tidak terawasi, itulah mengapa keputusan ini diambil sekarang."

Berita-berita bercampur dengan kecemasan perempuan dan pengelola taman - yang berinvestasi dalam pembangunan fasilitas.

"Tidak ada sekolah, tidak ada pekerjaan … kami setidaknya harus punya tempat untuk hiburan," kata seorang ibu yang mengaku bernama Wahida ketika mengawasi anak-anaknya bermain di taman melalui jendela restoran.

"Kami hanya bosan dan lelah berada di rumah sepanjang hari, pikiran kami lelah," katanya kepada AFP.

Di meja sebelahnya, Raihana (21), mahasiswi hukum Islam, mengungkapkan kekecewaanya setelah tiba di taman untuk menghabiskan waktu bersama adik-adik perempuannya.

"Kami tadinya senang sekali .. kami lelah tinggal di rumah," katanya.

"Jelas, dalam Islam, diperbolehkan keluar dan mengunjungi taman. Ketika Anda tidak punya kebebasan di negara sendiri, lalu apa artinya tinggal di sini?"

Baca Juga: