Mahfud MD mengingatkan agar jajaran Kemenko Polhukam bekerja jujur dan tidak culas karena tidak ada orang yang bernasib baik manakala berbuat culas. Selain itu, jangan terbawa oleh arus kekuasaan.

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD dalam hari terakhirnya bekerja sebagai menteri mengingatkan jajaran pegawainya untuk tetap bekerja jujur dan jangan culas.

Saat memimpin apel pagi di pelataran Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI di Jakarta, Jumat (2/2), Mahfud mengatakan bahwa tidak ada orang yang bernasib baik manakala berbuat culas.

"Yang terpenting teruslah bekerja dengan penuh kejujuran. Tidak boleh culas, tidak boleh culas. Saudara, setiap keculasan itu pasti akan menimbulkan akibat buruk bagi siapa pun. Hanya nunggu waktu," kata Mahfud saat memimpin apel pagi yang juga sekaligus menjadi momen dia berpamitan dengan pegawai Kemenko Polhukam.

Mahfud melanjutkan,"Tidak ada sejarahnya orang hebat yang culas di dunia ini selamat dari, ya tarolah kalau yang percaya Tuhan, dari tindakan, hukuman Tuhan. Akan tetapi, kalau yang tidak percaya, yang agnostik, itu tidak ada yang selamat dari bimbingan alam semesta."

Ia lantas berpesan kepada jajarannya setiap keculasan hanya akan berujung pada penderitaan. "Hati-hati setiap keculasan itu hanya menambah tumpukan-tumpukan penderitaan yang akan terjadi nanti pada saatnya. Coba, lihat saja, saudara-saudara yang masih muda-muda ini enggak tahu dulu Pak Harto itu hebatnya sudah, sudah kaya setengah Tuhan," kata Mahfud.

Pak Harto yang disebut Mahfud merujuk Jenderal Besar H.M. Soeharto, presiden ke-2 RI yang menjabat selama 32 tahun.

Mahfud menceritakan selama menjabat Pak Harto begitu berkuasa. Akan tetapi, saat beliau jatuh, banyak orang dekatnya yang kemudian menjauh. "Begitu pun saat Pak Harto jatuh, semua orang dekatnya pada lari sesudah beliau jatuh. Itulah hukum alam di mana-mana," kata Mahfud Md.

Ia berpesan kepada jajaran pegawai Kemenko Polhukam untuk tidak terbawa arus kekuasaan karena pada masanya kekuasaan itu akan berganti. "Kekuasaan itu bergilir, pasti ada saatnya akan terjadi pergantian," kata dia.

Berterima Kasih

Dalam kesempatan yang sama, Mahfud berterima kasih kepada jajaran pegawai Kemenko Polhukam, termasuk para deputi dan pejabat kementerian yang membantu dia bekerja selama menjabat sebagai menteri.

"Saudara sekalian, terima kasih. Sekali lagi, terima kasih," kata Menko Polhukam RI pada hari terakhir dia bekerja kepada jajaran pegawainya.

Dalam kesempatan itu, Mahfud mengakui adanya konflik kepentingan (conflict of interest) yang tak terelakkan selama dirinya menjalani peran ganda sebagai menteri dan calon wakil presiden.

Oleh karena itu, selepas menjalani peran ganda itu selama kurang lebih tiga bulan, dia memutuskan untuk mundur sebagai Menko Polhukam RI. "Ternyata sesudah menjalani, saya sibuk, terkadang terasa ada konflik kepentingan ketika saya berkunjung ke daerah sebagai menko tidak sebagai cawapres, terkadang ada saja orang berteriak bapak cawapres. Jadi, (saya) menjadi tidak enak sehingga saya ya harus berhenti berjalan-jalan atau berkunjung ke mana-mana sebagai menko polhukam," kata Mahfud.

Mahfud menjelaskan situasi semacam itu pula yang menyadarkan dirinya bahwa konflik kepentingan tidak terelakkan. "Kadang kala, sulit dibedakan," kata Mahfud.

Walaupun demikian, Mahfud menegaskan secara aturan menjalani peran ganda sebagai pejabat publik dan peserta pemilu diperbolehkan oleh undang-undang.

Baca Juga: