KUALA LUMPUR - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, pada Minggu (12/12) mengatakan bahwa pemilihan umum berikutnya akan menjadi kesempatan terakhir untuk membersihkan negara. Hal itu diutarakan Mahathir ketika ia menuding pemerintahan saat ini, yang dipimpin oleh mantan partainya, UMNO, korup.
"Saya masih merasa perlu untuk menjatuhkan pemerintah ini karena pemerintah ini adalah pemerintah yang korup. Ia tidak berkuasa melalui pemilihan umum," kata Mahathir dalam konferensi pers peluncuran memoar terbarunya yang berjudul Capturing Hope: The Struggle Continues For A New Malaysia.
Pemilu Malaysia berikutnya dijadwalkan akan digelar pada 2023, tetapi Mahathir, 96 tahun, memperkirakan pesta demokrasi itu akan diadakan pada pertengahan tahun depan.
UMNO kembali bangkit sebagai bagian dari aliansi yang berkuasa Perikatan Nasional pada Maret 2020, setelah ada pembelotan menyebabkan keruntuhan aliansi Pakatan Harapan (PH) yang dipimpin oleh Mahathir. Akibatnya pada Agustus lalu, wakil presiden UMNO, Ismail Sabri Yaakob menjadi perdana menteri, menggantikan Muhyiddin Yassin yang telah kehilangan dukungan dari 15 anggota parlemen dari UMNO.
Mahathir menuduh bahwa jika pemerintahan terpilih berikutnya dibentuk dari politisi korup, itu akan menjadi akhir dari perang melawan korupsi.
"Karena pemerintah yang korup akan memastikan bahwa melalui korupsi, mereka akan tetap berkuasa," ucap Mahathir. "Jadi pemilu berikutnya akan menjadi pemilu yang sangat penting di Malaysia. Ini adalah kesempatan terakhir kita harus membersihkan negara ini. Jika tidak, maka selamanya Anda akan memiliki pemerintahan yang buruk," papar dia.

Peringatan
Dalam memoar terbarunya, Mahathir membela pengunduran dirinya menyusul hengkangnya partainya, Parti Pribumi Bersatu Malaysia, dari Pakatan Harapan. Penarikan tersebut, yang dipimpin oleh mantan sekutunya Muhyiddin yang akhirnya menggantikannya sebagai perdana menteri, menyebabkan PH kehilangan mayoritasnya di Parlemen.
"Pemerintah Pakatan Harapan secara efektif telah digulingkan. Saya tidak dapat terus menjadi perdana menteri terlepas dari apakah saya mengundurkan diri sebagai perdana menteri atau tidak," tulis Mahathir.
Mahathir, yang dalam kampanye pemilihannya pada 2018 berpusat pada penyalahgunaan dana miliaran dollar milik 1MDB dan dugaan peran mantan PM Najib Razak dalam skandal itu, memperingatkan bahwa Najib bisa comeback sebagai pemimpin jika warga Malaysia enggan ikut pemilu karena jemu terhadap perpolitikan.
Pengadilan Malaysia telah memvonis Najib bersalah dalam kasus korupsi yang terkait dengan 1MDB, tetapi ia bisa menghindari kurungan penjara karena menunggu putusan banding di Pengadilan Federal.
"Dalam kasus Najib, dia telah dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Tapi dia diperlakukan bukan sebagai terpidana yang telah dihukum, tetapi sebagai orang bebas. Dia bisa pergi ke parlemen dan berpidato. Dia bisa berkampanye dan sekarang dia bahkan bisa pergi ke luar negeri," ujar Mahathir. ST/I-1

Baca Juga: