DHAKA - Para demonstran mahasiswa yang menggulingkan Perdana Menteri Sheikh Hasina pada akhir pekan lalu telah menolak seruan dari dua partai politik utama Bangladesh untuk mengadakan pemilihan umum secepatnya dan sedang mempertimbangkan untuk membentuk partai mereka sendiri untuk memperkuat reformasi, menurut wawancara dengan empat pemimpin aksi protes.

Hal ini terjadi hingga Juni, ketika segelintir mahasiswa mulai mengorganisir demonstrasi menentang undang-undang yang mewajibkan kuota pekerjaan di pemerintahan untuk segmen masyarakat tertentu. Dalam beberapa pekan, pemerintahan Hasina tersapu oleh kemarahan rakyat atas kebrutalan tindakan kerasnya terhadap pengunjuk rasa antikuota.

"Para pemimpin mahasiswa sedang mendiskusikan pembentukan partai politik untuk mengakhiri duopoli," kata Mahfuj Alam, yang mengetuai sebuah komite yang bertugas menjadi penghubung antara pemerintah dan kelompok sosial seperti guru dan aktivis. "Masyarakat sudah bosan dengan kedua parpol tersebut. Mereka percaya pada kami," imbuh dia.

Sejauh ini, para pemimpin mahasiswa di pemerintahan sementara belum merinci kebijakan apa yang ingin mereka ambil, selain melakukan perubahan besar kelembagaan untuk menghindari pemerintahan otoriter. SB/ST/I-1

Baca Juga: