PARIS - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengungkapkan keprihatinan mereka mengenai situasi hak asasi manusia (HAM) di Tiongkok kepada Presiden Xi Jinping. Keprihatinan itu dilontarkan saat para pemimpin negara itu berbicara dalam konferensi daring pada Senin (5/7).

"Ketiga pemimpin itu bertukar pandangan mengenai respons terhadap perubahan iklim, bantuan ekonomi bagi Afrika, dan sejumlah isu lainnya," kata Kantor Kepresidenan Prancis.

Disebutkan juga bahwa Macron dan Merkel menyampaikan kekhawatiran mendalam mengenai situasi HAM dan menyerukan penghapusan kerja paksa dengan merujuk pada kondisi di Kawasan Otonomi Xinjiang Uigur.

Sebelumnya kelompok hak asasi manusia melaporkan bahwa pihak berwenang Tiongkok telah memenjarakan hingga 1 juta orang Uighur dan sebagian besar minoritas muslim lainnya. Kelompok-kelompok itu mengatakan para tahanan kemudian dipaksa bekerja di kamp kerja paksa.

Percakapan itu terjadi di tengah ketegangan hubungan antara Tiongkok dan Eropa, karena Tiongkok dinilai semakin otoriter terhadap Hong Kong dan minoritas Uighur.

Selain isu HAM di Tiongkok, Prancis dan Jerman juga menyatakan keprihatinan mereka atas aktivitas maritim Tiongkok. Namun, kedua negara juga mementingkan hubungan ekonomi dengan Tiongkok karena merasa bahwa kerja sama merupakan hal yang esensial dalam menghadapi tugas-tugas global seperti perubahan iklim dan pandemi virus korona.

Kantor beritaXinhuayang mengutip pernyataan Presiden Xi yang dalam pertemuan itu, menuliskan bahwa Presiden Xi amat berharap agar pihak Eropa bisa memainkan peran yang lebih positif dalam urusan global dan menunjukkan kemandirian strategis.

Menurut para pengamat, Beijing tampaknya khawatir Amerika Serikat dan para sekutunya bergabung untuk melawan Tiongkok, kemudian negara-negara Eropa ikut melakukan hal yang sama. SB/AFP/NHK/I-1

Baca Juga: